RDPS
Honda

Kisah Sahabat Rufaidah Binti Sa'ad Al Anshari, Perempuan Pertama Pemilik Tenda Perawatan Dalam Islam

Kisah Sahabat Rufaidah Binti Sa'ad Al Anshari, Perempuan Pertama Pemilik Tenda Perawatan Dalam Islam

Kisah Rufaidah Binti Sa'ad Al Anshari perempuan pembuat tenda pertama dalam Islam di medan perang--

LUBUKLINGGAU, PALPRES. COM- Sahabat Nabi Muhammad SAW memiliki keistemewaan di bidang masing-masing, salah satunya adalah Rufaidah binti Sa'ad Al Anshari yang tercatat sebagai perempuan pertama dalam Islam memiliki tenda perawatan untuk orang sakit.

Dia adalah keturunan Bani Aslam yang turut menyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW di Madinah, dia kemudian berbaiat kepada Rasulullah SAW setelah hijrah, dan dia turt serta dalam perang Khandaq dan Khaibar.

Dilansir dari laman media online, ketertarikan Rufaidah dalam dunia pengobatan sudah dari kecil, dimana ayahnya, Saad Al Islami, adalah seorang fisioterapis, sehingga Rufaidah sering mengamati ayahnya dan tumbuh menjadi perempuan yang ahli dalam pengobatan.

Rufaidah mmeiliki jasa besar dalam mengobati dan memberikan motivasi kepada para mujahid Islam, oleh karena itu dia mendapatkan julukan Fidaiyah sebab masuk ke dalam medan perang untuk mengobati orang-orang yang terluka.

BACA JUGA:Kisah Perjalanan Hidup 5 Tokoh Inspiratif Dunia, Salah Satunya Pernah Tinggal di Indonesia

Tenda perawatan milik Rufaidah muncul pertama kali saat perang Uhud, ketika itu dia keluar dalam peperangan dan membawa seluruh peralatan, termasuk tenda yang dia butuhkan di atas unta, dia mendirikan tendanya di hadapan para prajurit Muslim dan para sahabat ikut membantunya.

Tenda ini kemudian disebut sebagai Rufaidah al-Aslamiah, ini merupakan tenda perawatan lapangan pertama dalam perjuangan Islam, di mana di tenda tersebut, Rufaidah merawat luka para pejuang dan menjaga mereka pada waktu malam.

Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya al-Ishabatu fi Tamyizi menulis, ketika Rufaidah melihat panah tertancap di dada Saad, ia menghentikan aliran darahnya terlebih dahulu, ia membiarkan panah itu tetap menancap di dadanya sebab dia mengetahui teknik pengobatan dengan baik, karena jika dicabut, darah akan mengucur dan tak bisa dihentikan, Ini akan mengancam nyawa Saad.

Rufaidah tak hanya melakukan pengobatan selama perang, dia adalah seorang pekerja sosial yang penuh empati dan mempunyai kemampuan organisasi yang baik, rumah sakit Rufaidah didirikan di dekat masjid Rasulullah.

BACA JUGA:Hadapi Ujian dan Musibah dengan Ikhlas dan Sabar, Begini Kata Mamah Dedeh

Dalam keseharian, dia membantu orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan, dia juga merawat anak-anak dan membantu anak yatim, kaum difabel, dan orang miskin.

Rufaidah mendidik perempuan yang berminat menjadi perawat, mereka mengatur tugas jaga menjadi dua sif, siang dan malam, dan Rufaidah mengelola sendiri keuangan dengan sistem pengelolaan rumah sakit yang kita kenal hingga sekarang.

Rufaidah menjadi salah satu orang yang mendapat kehormatan dan penghargaan dari Rasulullah SAW, dia salah satu orang yang mendapat kalung dari Rasulullah SAW, sebagai penghargaan kepada para sahabat yang dianggap lebih unggul daripada yang lain. 

Walau masih terbatas, pengalaman Rufaidah menumbuhkan adanya pergeseran kultural dalam memandang peran perempuan sebagai pemimpin di dunia medis, dia juga mencatatkan unit perawatan mobile untuk memenuhi kebutuhan medis masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: