Kisah Al-Kindi, Bapak Filsafat Islam
Ilustrasi -surau.co-
BACA JUGA:2 BLT Cair Serentak Hari Ini, Wilayah Mana Saja, Simak di Sini
Agar dapat terus menambah pengetahuannya, Al-Kindi kemudian melanjutkan studinya di Bagdad, di bawah naungan Khalifah Abbasiyah, Al-Ma’mun (813-833) dan Al-Mu’tasim (833-842).
Saat di Bagdad itu, ia memiliki otak yang cemerlang, sehingga ia diterima bekerja oleh Al-Ma’mun di House of Wisdom.
Tempat ini merupakan pusat penterjemah untuk tulisan terkait filosofis dan ilmiah yyang diterjemahkan dari bahasa Yunani ke bahasa Arab.
Dia pun dipilih menjadi guru dari putra Khalifah Al-Mu’tasim.
BACA JUGA:Cara Daftar KIP Kuliah 2023 Untuk PTS, Ikuti Langkah-langkah Ini, Ditutup 31 Oktober
Dia menggantikan Al-Ma’mun.
Ide-ide dari Al-Kindi menjadi penopang ajaran inti Islam, yakni Tauhid.
Pemikirannya mengenai Tauhid sangat jauh berbeda dengan orang-orang sebelum dia.
Al-Kindi menggunakan ilmu filsafat.
BACA JUGA:Minum Jus Buah Asal Meksiko Ini, Jantungmu Dijamin Sehat
Ia juga dikenal sebagai salah satu Bapak Kriptografi.
Kriptografi merupakan ilmu atau seni menjaga keamanan pesan.
Terkait hal itu ia pernah meulis buku yang diberi judul “Manuscript on Deciphering Cryptographic Messages”.
Buku yang dibuatnya itu menjadi awal terciptanya kriptanalisis, penggunaan inferensi statistik yang paling awal diketahui, dan memperkenalkan beberapa metode baru dalam memecahkan sandi, terutama analisis frekuensi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: