RDPS
Honda

Tradisi Peringatan Asyura di Sumbar, Bangun dan Hiasi Patung, Arak Keliling Kota, Lalu Hancurkan di Pantai

Tradisi Peringatan Asyura di Sumbar, Bangun dan Hiasi Patung, Arak Keliling Kota, Lalu Hancurkan di Pantai

Ilustrasi Tradisi Tabuik di Kota Pariaman, Sumatera Barat-Wikipedia-

PALEMBANG, PALPRRES. COM - Tabuik adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau dalam merayakan peringatan Asyura, pada bulan Muharram dalam kalender Islam. 

Tradisi ini terutama dilaksanakan di Kota Pariaman Sumatera Barat Indonesia.

Tabuik merupakan bentuk penghormatan kepada Husain ibn Ali, cucu Nabi Muhammad yang dikabarkan gugur dalam Pertempuran Karbala pada 10 Muharram tahun 61 Hijriah. 

Peristiwa ini dianggap sebagai suatu tragedi yang mendalam dalam sejarah Islam. 

BACA JUGA:3 Provinsi dengan Pemeluk Kristen Terbesar di Indonesia, Apakah Sumsel Termasuk?

Dalam perayaan Tabuik, masyarakat Minangkabau membangun dan menghias patung atau balai-balai yang disebut Tabuik. 

Tabuik ini kemudian diarak keliling kota, sebelum akhirnya dihancurkan dan dikuburkan di pantai.

Sejarah tradisi Tabuik dimulai sekitar abad ke-18 di Pariaman, yang pada saat itu merupakan pelabuhan penting di pantai barat Sumatera. 

Dalam sejarahnya terdapat pengaruh dari budaya Persia dan India dalam perayaan Asyura dan tradisi Tabuik. 

BACA JUGA:Jeda Selama Pandemi, Saksi-Saksi Yehuwa Kembali Hadir di Palembang

Konon tradisi Tabuik ini dimulai oleh seorang masyarakat dari Pariaman, yang pernah merantau ke Amber atau Kota Jaipur India.

Dalam perkembangannya Tradisi Tabuik juga menjadi ajang pertunjukan seni dan budaya. 

Selain prosesi pengarakannya yang diiringi dengan tabuhan musik dan tari tradisional, terdapat juga pertunjukan wayang kulit dan karnaval yang melibatkan ribuan peserta.

Secara umum tradisi Tabuik memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: