Mengenal Lebih Dekat Tradisi Ngicau Juadah, Cermin Kehangatan dan Kekeluargaan Kota Prabumulih

Hidangan dodol disajikan 2 hari sebelum acara balek adun sedekah berlangsung. 

Begitu juga dalam upacara adat sedekah bedusun, Ngicau Juadah dilakukan 3 hari sebelum acara tersebut berlangsung.

BACA JUGA:7 Tempat Wisata Budaya di Sumba yang Wajib Dikunjungi, Banyak Rumah Adat dengan View Alam Luar Biasa

BACA JUGA:5 Destinasi Wisata Sejarah dan Budaya di Salatiga yang Penuh Edukasi, Cocok Ajak Anak Liburan Sambil Belajar

Tradisi Ngicau Juadah juga menjadi momen yang dinanti-nanti oleh generasi muda. 

Karena dari tradisi Ngicau Juadah ini, mereka dapat belajar tentang nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong dari tradisi ini. 

Tentunya ini sangat berharga bagi perkembangan mereka sebagai generasi penerus bangsa.

Selain sebagai ajang silaturahmi, Ngicau Juadah juga menjadi wadah untuk memperkenalkan budaya lokal kepada generasi mendatang. 

BACA JUGA:3 Wisata Sejarah di Pekalongan, Salah Satunya Jembatan Cagar Budaya Terbentang 90 Meter Warisan Hindia Belanda

BACA JUGA:10 Objek Wisata Sejarah Terbaik di Yogyakarta, Ada yang Disahkan UNESCO Sebagai Warisan Budaya Dunia

Dengan melibatkan mereka dalam persiapan dan pelaksanaan tradisi ini, nilai-nilai kearifan lokal terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Melalui Tradisi Ngicau Juadah, masyarakat Kota Prabumulih tidak hanya menjaga kearifan lokal, tetapi juga mengukuhkan kedekatan dan kekompakan sebagai sebuah komunitas. 

Setiap sajian dodol menjadi simbol kehangatan dan kebersamaan yang terus diperjuangkan dan dilestarikan oleh warga setempat. 

Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari masa lalu, tetapi juga menjadi cahaya yang menerangi masa depan yang penuh harapan bagi Kota Prabumulih.

BACA JUGA:Menikmati Pesona Aek Sijorni Sumatera Utara, Wisata Alam Paling Dicari Saat Liburan Lebaran, Tubuh Auto Rileks

Sumber: