Honda

2 Jenis Benda Bernilai Sejarah yang Ada di Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya Lubuklinggau

2 Jenis Benda Bernilai Sejarah yang Ada di Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya Lubuklinggau

2 Jenis Benda Bernilai Sejarah yang Ada di Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya Lubuklinggau--

PALPRES.COM- Pada konten kali ini kita akan membahas dua benda bernilai sejarah yang paling ditakuti penjajah Belanda pada masa peperangan di wilayah Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Kedua benda tersebut adalag Ladmine dan Merima Kecepek yang kini menjadi koleksi benda bernilai sejarah di Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya yang dikutip dari berbagai sumber.

1. Landmine

Landmine digunakan para pejuang untuk penghancur tebing, jembatan dan merobohkan pohon besar dipinggir jalan raya sebagai upaya menghambat mobilitas penyerangan Belanda melalui jalur darat.

BACA JUGA:8 Fakta Menarik Tentang Kota Lubuklinggau yang Perlu Kamu Ketahui, yuk Dibaca ya!

BACA JUGA:Papeda Jadi Google Doodle, Bikin Haru dan Semakin Cinta Tanah Air, Ini Sejarah dan Cara Menyantap Papeda 

Landmine pernah digunakan dalam pertempuran melawan Belanda di jembatan kereta api dan jembatan jalan raya di Tebing Tinggi yang dihancurkan oleh Batalyon XII/STP.

Pada saat Belanda memasuki Muara Beliti terpaksa pasukan ALRI SUBKOSS yang dipimpin Kapten AR. Saroingsong menghancurkan Jembatan Muara Beliti agar laju Belanda terhambat ke Lubuklinggau.

Alhasil, pasukan Belanda mendapat perlawanan dari pasukan Sub Teritorium Palembang/Brigade Garuda Merah yang dipimpin oleh Letkol Bambang Utoyo. 

Pembuatan dan penggunaan landmine ini didasari dengan banyaknya ketersediaan dinamit-dinamit yang diperoleh dari pertambangan minyak dan batu bara, maka para pejuang SUBKOSS menggunakannya untuk membuat ranjau darat ini (Landmine).

BACA JUGA:Pemain Timnas Indonesia Shayne Pattynama Marah Besar, Ini Penyebabnya!

BACA JUGA:Tuturnya Lemah Lembut, Perempuan dari 3 Suku di Indonesia Ini Punya Pesona, Banyak Bule Terpikat!!

Kolonel Maludin Simbolon (1995) mengatakan bahwa karena landmine ini tidak bisa diledakkan dengan otomatis, terpaksa detonatornya diikat dengan kawat lalu ditarik dari jauh dan kemudian meledak, hal ini dilakukan dimana-mana guna menghambat gerakan pasukan Belanda.

Ketika pasukan Belanda terpaksa menunda gerak majunya, berbalik mundur sampai di Muara Saling, sementara itu pesawat terbang berputar-putar sambil menjatuhkan bom di pinggir jalan, dan jembatan, karena Belanda khawatir dengan semua tempat yang strategis seperti tebing jalan dan jembatan karena telah terpasang Landmine.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: