Cabai dan Bawang Merah Penyumbang Inflasi di Sumsel, Ternyata Ini Penyebabnya
Cabai dan Bawang Merah Penyumbang Inflasi di Sumsel, Ternyata Ini Penyebabnya -dok palpres-
PALEMBANG,PALPRES.COM- Komoditas cabai dan bawang merah kerap kali menjadi penyumbang inflasi di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Sumsel bersama stakeholder yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus berupaya menekan laju inflasi di Sumsel, salah satunya melalui Gerakan tanam cabai dan bawang merah serentak se Sumsel.
Cabai dan bawang merah merupakan komoditas pangan yang banyak diminati masyarakat, namun jumlah produksi kedua komoditas ini masih sangat minim.
Seperti cabai merah, produksinya ditahun 2023 hanya 15.270 ton per tahun, padahal konsumsi komoditasnya ini mencapai 30.602 ton atau dua kali lipatnya.
BACA JUGA:Gertam Cabai dan Bawang Merah Serentak Diyakini Mampu Tekan Inflasi
BACA JUGA:HLM Perkuat Ekosistem Pengendalian Inflasi di OKI
Sehingga 50 persen ketersediaan cabai di Sumsel didatangkan dari luar provinsi.
Begitu juga dengan produksi bawang merah hanya mencapai 1.907 ton pertahun sementara konsumsinya mencapai 25.891 ton atau minus 23.984 ton (90 persen) sehingga harus mendatangkan dari luar provinsi.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel, R Bambang Pramono mengatakan, dua permasalahan utama yang dialami oleh petani bawang dan cabai merah di Sumsel yaitu Biaya/modal usaha dan jaminan pasar.
“Biaya usaha tani untuk cabai dan bawang sampai Rp70-120 juta. Begitu juga bawang merah biayanya mencapai Rp70 juta per hektar,”kata dia.
BACA JUGA:Rakor Inflasi : Masalah HET Minyak Goreng dan TBC Jadi Perhatian
BACA JUGA:Sukses Kendalikan Inflasi, Sumsel Catat Deflasi Bulan Juni 2024
Selain itu, petani juga ragu untuk menanam karena jaminan pasar yang tidak ada. “Sering kali saat panen harganya justru jatuh,”sambungnya.
Oleh karena itu, upaya meluaskan produksi bawang dan cabai merah ini adalah dengan membentuk kelompok kecil yang menyatukan antara petani, koptan, pengusaha benih, perbankan untuk akses permodalan dan pihak swasta yang menampung hasilnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: