Citraland
Honda

5 Suku Terbesar yang Ada di Pulau Sumatra, Dari Melayu Hingga Batak, Nomer 3 Paling Unik

5 Suku Terbesar yang Ada di Pulau Sumatra, Dari Melayu Hingga Batak, Nomer 3 Paling Unik

Penampakan dari pasangan muda mudi yang menganut budaya Melayu pada acara pernikahannya dan merupakan populasi terbesar di Sumatra--Instagram@viennagallery

Suku Mante merupakan etnis lokal yang merupakan bagian dari suku Alas dan suku Karo, sedangkan suku Lhan diduga masih berkerabat dengan suku Semang yang bermigrasi dari Semenanjung Malaya atau Hindia Belakang (Champa dan Burma).

3. Suku Minangkabau

Masyarakat Minang merupakan bagian dari Melayu Deutro (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan Tiongkok selatan ke pulau Sumatra sekitar 2.500–2.000 tahun yang lalu. 

BACA JUGA:Mitsubishi Pajero Sport Dakar Vs Pajero Sport Exceed, Mana yang Lebih Kamu Pilih? Cek Spesifikasinya!

BACA JUGA:KEREN ! 5 Ciri Khas Suku Palembang yang Unik dan Jarang Ditemukan Ditempat Lain

Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah timur pulau Sumatra, menyusuri aliran sungai Kampar sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi kampung halaman orang Minangkabau.

Beberapa kawasan darek ini kemudian membentuk semacam konfederasi yang dikenal dengan nama luhak, yang selanjutnya disebut juga dengan nama Luhak Nan Tigo, yang terdiri atas Luhak Limo Puluah, Luhak Agam, dan Luhak Tanah Data. 

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, kawasan luhak tersebut menjadi daerah teritorial pemerintahan yang disebut afdeling dan dikepalai oleh seorang residen (masyarakat Minangkabau menyebutnya dengan nama Tuan Luhak).

Masyarakat Minangkabau saat ini merupakan pemeluk agama Islam. 

BACA JUGA:GURIH BANGETTT, Ini 8 Makanan Tradisional Palembang yang Bikin Nagih Terbuat dari Ikan, Favoritmu yang Mana?

BACA JUGA:4 Sastrawan Asli Palembang yang Mungkin Kamu Belum Tahu, Namanya Sebesar Karyanya!

Jika ada masyarakatnya keluar dari agama Islam, mereka yang bersangkutan secara langsung juga dianggap keluar dari masyarakat Minangkabau. 

Hal ini sesuai dengan istilah “dibuang sepanjang adat”.

Ada tiga pilar yang membangun dan menjaga keutuhan budaya serta adat istiadat masyarakat Minangkabau. Mereka adalah alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak, yang dikenal dengan istilah Tungku Tigo Sajarangan. 

Ketiganya saling melengkapi dan bahu-membahu dalam posisi yang sama tingginya. Semua urusan masyarakat dimusyawarahkan oleh ketiga unsur itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: