Kakanwil Kemenag Minta Majelis Taklim jadi Ruang Edukasi Masyarakat tentang Moderasi Beragama

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Selatan H. Syafitri Irwan membuka Diseminasi Lembaga Keagamaan (Kelompok Kerja Majelis Taklim) Provinsi Sumsel bertajuk Moderasi Beragama Dalam Merawat Kerukunan Umat Beragama di Aula Kanwil Kemena--
PALEMBANG,PALPRES.COM- Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Selatan H. Syafitri Irwan menilai Majelis Taklim dapat menjadi ruang edukasi masyarakat terkait moderasi beragama.
Hal itu diungkapkan Syafitri saat membuka Diseminasi Lembaga Keagamaan (Kelompok Kerja Majelis Taklim) Provinsi Sumsel bertajuk Moderasi Beragama Dalam Merawat Kerukunan Umat Beragama di Aula Kanwil Kemenag Sumsel, Senin 9 Desember 2024.
Kegiatan yang diselenggarakaan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag RI ini diiikuti Pokja Penyuluh dan Kelompok Majelis Taklim Provinsi Sumsel.
Syafitri mengaku senang dengan kegiatan diseminasi yang dapat menambah wawasan, pengalaman untuk majelis taklim.
BACA JUGA:81 Peserta Ikuti Seleksi Petugas Haji Tahap II, Kakanwil Kemenag Sumsel Jamin Transparansi
BACA JUGA:Pembinaan ASN, Menteri Agama Berpesan ASN Kemenag Sumsel Pertahankan Kearifan Lokal
Dia berharap kegiatan ini dapat memberikan kontribusi pada penyuluh serta anggota majelis taklim agar dapat memahami persoalan moderasi beragama.
“Alhamdulillah masyarakat Sumsel ini hidup dengan rukun dan damai, moderat, memiliki adat istiadat yang begitu tinggi, memiliki sikap toleran. Apabila ada konflik dapat diselesaikan secara adat,” jelas Syafitri.
Dikatakan Syafitri, Sumsel merupakan provinsi multi etnis dan agama.
Namun dari keberagaman tersebut, masyakat Sumsel hidup berdampingan.
BACA JUGA:Kemenag Sumsel Gelar Orientasi Pelopor Penguatan Moderasi Beragama
BACA JUGA:Kunjungi Kantor Sekretariat Tri Dharma, Wamenag Pesan Wariskan Moderasi Beragama
Salah satunya adalah karena adanya kearifan lokal yang dianut masyarakatnya.
“Seperti ungkapan Wong Kito Galo (orang kita semua-red). Ini menurut saya merupakan ekspresi sikap toleran Masyarakat Palembang, yang menerima pendatang, siapapun yang berkunjung adalah bagian dari Wong Kito Galo. Hal inilah yang membuat masyarakat Palembang dan Sumsel mampu beradaptasi dengan suku dan etnis manapun,” jelasnya lagi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: