Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Keenam)

Kamis 14-07-2022,16:24 WIB
Reporter : Tom
Editor : Tom

Oleh Dudy Oskandar
(Jurnalis dan Peminat Sejarah Sumatera Selatan)

KETIKA aku tiba di sini pada 23 Juli, Tuan Cohen Stuart mengusulkan kepada pemerintah untuk mengirimku ke Lampung selama enam bulan dengan syarat yang aku ajukan bahwa gajiku di Lembaga Alkitab akan dibekukan selama itu.

Pemerintah menerima usulan itu dengan senang hati, dan setuju untuk membayarku 250 gulden per bulan untuk biaya perjalanan.

Aku berangkat pada 25 dari sini ke Teluk Betung dan aku berharap bisa berbuat sesuatu di Lampung, walaupun aku harus belajar banyak dalam waktu enam bulan, sehingga aku bisa meneruskan studi tentang bahasa Lampung.

Aku akan menggunakan waktuku sebaik mungkin dan berharap bisa membuat fondasi dari sesuatu yang bermanfaat dengan Manuskrip Sloet8.

BACA JUGA:Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Kelima)

Jangan berpikir bahwa aku menerima tugas dari pemerintah ini untuk melupakan Bahasa Bali.

Aku memutuskan itu karena aku tahu bahwa pada saat ini tidak ada yang bisa kita kerjakan di Bali.

Baik di sini maupun di Surabaya, aku akan merasa bosan dan membuang-buang uang saja.

Di sini semua menjadi lebih mahal sejak aku meninggalkan Hindia Belanda: Kita harus membayar 8 gulden per hari untuk kendaraan, ditambah lagi 5 gulden per hari untuk penginapan, 2 gulden untuk sebotol anggur dan 15 gulden per bulan untuk pembantu, jadi kau bisa bayangkan bahwa gaji yang aku nikmati tidak mencukupi di daerah kota besar seperti ini.  

BACA JUGA:Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Keempat)

Aku juga tidak mampu bertahan lama di sini.

Sonderegger tiba di sini seminggu sebelum aku tiba.

Aku hanya sempat berbicara sebentar dengannya.

Ia menyampaikan salam buat dirimu dan Van der Burch.

BACA JUGA: Surat-Surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Ketiga)

Tags :
Kategori :

Terkait