Setelah berbicara dengan Graafland, aku rasa ia adalah orang yang setia dan mempunyai nasib yang sama dengan para pendosa.
Aku belum bertemu dengan Last dan De Pauly.
Aku tidak berniat untuk menemui mereka, karena aku tidak mengenal mereka dengan baik.
De Pauly masih tetap bekerja di istana dan mungkin akan mengalahkan Graafland dalam menjabat Wakil Ketua Istana yang telah disediakan untuknya.
BACA JUGA: Memindahkan Ibu Kota Sumatera Selatan (Bagian Ketujuh)
Orang-orang mencoba untuk mengabaikan Graafland dengan alasan bahwa ia lulus hanya di bidang hukum Romawi saja.
Di sini Busken Huet dicemooh, karena ia begitu hinanya mau menerima tawaran perjalanan secara cuma-cuma dari Menteri Hasselman.
Perhimpunan Dagang di sini dan Semarang telah membatalkan izin penerbitan Javabode sampai Busken Huet mau meletakkan jabatannya selaku redaktur.
Ia berjuang melawan opini publik, dan walaupun ada juga orang yang ingin mendukungnya, pada akhirnya Busken Huet harus kembali ke Belanda dengan muka coreng. ***
Sumber:
1. Surat-Surat Dari Lampung Korespondensi Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869, Saduran dari Naskah Surat-Surat Van Der Tuuk, Arman AZ, Perpusnas Press 2020
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Herman_Neubronner_van_der_Tuuk
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Lampung