Mereka dapat mempertahankan bentuk ketatanegaraan mereka sendiri yang otonom sebagai replika kecil dari Sriwijaya dengan vanua dan samaryuda mereka sendiri.
Yang membedakan Sriwijaya dari mandala-mandala yang mengelilinginya adalah kebesaran dari “pusat urban", staf administrasi, tentaranya dan hubungan dagang internasionalnya.
BACA JUGA: Penguasa Palembang Sebelum Sriwijaya (Bagian Kedua)
Dipandang dari segi struktural hanya satu hal yang berarti, yaitu pengawasan atas atau sekurang-kurangnya hubungan wajib upeti yang baik dan tidak terganggu dengan kesatuan-kesatuan ketatanegaraan mandala yang di sekitarnya.
Bagi mandala-mandala ada semacam kewajiban setia kepada Sriwijaya dengan alasan bukan saja karena takut akan tentaranya yang kuat, juga akan intensif untuk berpartisipasi dalam perdagangan internasional dari Sriwijaya.
Pada pertengahan abad kesebelas, Kerajaan Sriwijaya mulai lemah, akibat serbuan dahsyat dari Colamandala.
Jambi berhasil memerdekakan dirinya dari kekuasaan Sriwijaya.
BACA JUGA:Penguasa Palembang Sebelum Sriwijaya (Bagian Pertama)
Dengan bangkitnya kembali kerajaan Melayu-Jambi, maka hilanglah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya atas Selat Malaka.
Sriwijaya menjadi semakin mundur.
Hubungannya dengan negeri Cina semakin berkurang, Kedatuan Sriwijaya berakhir riwayatnya pada akhir abad ke-12.
Nama Sriwijaya tidak pernah disebut-sebut lagi pada abad ke-13 dan ke-14. ***
Sumber :
1. Eddy, Siswanto, dkk Sumatera Selatan, Memasuki Era Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua, Departemen Penerangan Republik Indonesia, 1993
2. Wikipedia