BACA JUGA:THR dan Gaji 13 Cair April 2023, Segini Nilainya!
Selain itu juga sebagai gerbong penumpang selama 50 tahun di kawasan Ombilin, Sawahlunto.
Lokomotif Mak Itam menjadi penghuni Stasiun Sawahlunto bersama lima gerbong tua.
Stasiun ini dijadikan Museum Kereta Api Sawahlunto sejak diresmikan pada 17 Desember 2005 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Demikian dikatakan Ella Ubaidi, pemerhati konservasi dan geopark yang pernah menjabat Kepala Pusat Pelestari Benda dan Aset Bersejarah PT Kereta Api Indonesia (KAI).
BACA JUGA:TPP Tidak Dibayar Diganti Beras, Kelebihan 1 Bulan Ditanggung ASN, Anggaran di Banyuasin Terbatas!
Sebelum menetap di Museum Kereta Api Sawahlunto, Mak Itam sempat tinggal di Museum Kereta Api Ambarawa di Jawa Tengah.
Lokasi itu bisa disebut sebagai rumah peristirahatan pertama Mak Itam, setelah purnatugas.
Itu terjadi pada 1988 setelah PT KAI yang saat itu masih bernama Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) memperkenalkan lokomotif bertenaga diesel sebagai penarik hasil tambang Ombilin.
Mak Itam pulang kampung pada 3 Desember 2007 atas permintaan Pemerintah Kota Sawahlunto, untuk melengkapi koleksi lokomotif tua.
BACA JUGA:Anggaran Terbatas, 6 Bulan TPP ASN di Banyuasin Tidak Dibayar, Gimana Bisa Sejahtera?
Tatkala Museum Kereta Api Sawahlunto mulai dioperasikan.
Ketika dipindahkan dari Ambarawa ke Sawahlunto, kondisi Mak Itam masih layak operasi.
Ia menjadi satu di antara tiga lokomotif uap di Indonesia yang masih mampu dioperasikan setelah lokomotif uap penarik kereta wisata rute Ambarawa-Bedono dan lokomotif uap penarik Jaladara, kereta wisata di dalam Kota Solo.
Pada awal 2009 Mak Itam dikaryakan sebagai lokomotif penarik gerbong kereta wisata rute pendek, Sawahlunto-Muaro Kalaban, sejauh delapan kilometer.
BACA JUGA:Jika Ganjar Pranowo dan Anies Diadu Pilpres 2024, Fahri: Ide Brilian Bakal Mengemuka, Alasannya Ini!