MURATARA, PALPRES.COM - Dinas Pertanian dan Perikanan (Dispertanikan) Kabupaten Muratara, propinsi Sumsel memberi pelayanan surveilance dan lapangan terhadap hewan kaki empat kerbau.
Pelayanan tersebut menanggapi wabah penyakit ternak kerbau di Kabupaten Muratara dalam beberapa waktu ini.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Ade Meiri Siswi melalui petugas paramedik pada Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Mafriandi HA melakukan surveilance dan pelayanan lapangan.
Surveilance dilakukan dengan mengambil sampel jeroan dan otak ternak di Desa Rantau Kadam, Kecamatan Rupit untuk diperiksa di laboratorium.
BACA JUGA: Tanggapi Keluhan dan Laporan Warga, Pj Bupati Minta Dinas PUPR Muba Lakukan Ini
Dari sampel tersebut, Dinas Pertanian dan Perikanan memberikan simpulan sementara, ternak kerbau tersebut didiagnosa terkena Penyakit SE (Septicaemia Epizootica) atau ngorok.
"Namun untuk hasil lebih lanjut setelah hasil laboratorium di balai veteriner lampung keluar,"kata Mafriandi, Jum'at 19 Mei 2023.
Penyakit ngorok (tagere) atau nama lainnya penyakit Septicaemia Epizootica (SE) merupakan penyakit yang sering menyerang hewan/ternak ruminansia khususnya sapi dan kerbau yang sifatnya akut atau fatal.
Penyakit ini sering terjadi terutama saat musim hujan tiba. Apabila sapi belum memiliki daya kekebalan tubuh terhadap penyakit SE dan dalam kondisi ketahanan tubuh yang menurun, maka dapat menyebabkan terjadinya serangan penyakit SE yang menyebabkan kematian pada ternak sapi.
BACA JUGA:Hasilkan Saldo DANA Gratis Rp500 Ribu, Gak Perlu Download dan Undang Teman, Begini Caranya
Oleh karena itu, pelaksanaan vaksinasi SE sangat perlu dilakukan secara rutin di daerah yang rawan penyakit SE terutama pada saat sebelum terjadinya perubahan musim.
Salah satu Penyakit Hewan Menular yang perlu mendapat perhatian adalah penyakit Septicaemia Epizootica (SE) yang sering disebut juga penyakit ngorok yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella sp.
Hewan sehat akan tertular oleh hewan sakit atau carier melalui kontak atau melalui makanan, minuman dan alat-alat tercemar. Ekskreta hewan penderita (saliva, kemih dan tinja) juga dapat mengandung bakteri Pasteurella.
Bakteri yang jatuh di tanah, apabila keadaan serasi untuk pertumbuhan bakteri (lembab, hangat, teduh) akan tahan kurang dari satu minggu dan dapat menulari hewan-hewan yang digembalakan di tempat tersebut.
BACA JUGA:Ini Bukti Bupati Lahat Dekat dengan Rakyat melalui Program Santunan Kematian