Peribahasa yang menjadi ciri khas utama masyarakat Lembak Padang Ulak Tading yaitu pepatah yang berisi nasihat-nasihat hidup.
Salah satu pepatah yang digunakan adalah “Hinggap nga kayu rimbon (mampir di kayu rimbun)”.
Pepatah ini digunakan untuk mengungkapkan keresahan terhadap fenomena masyarakat yang sombong setelah mendapat keuntungan atau kekayaan yang besar.
BACA JUGA:Suku Baduy Minta Internet Diputus, Ada Apa Ya?
Masyarakat suku Lembak Padang Ulak Tading merasa bahwa fenomena ini merupakan fenomena yang tidak diterima di masyarakatnya sehingga masyarakat menggunakan pepatah ini sebagai salah satu ungkapan nasihat antarmasyarakat.
Seperti masyarakat melayu pada umumnya, masyarakat suku Lembak juga menggunakan pantun sebagai upaya melestarikan bahasa Lembak.
Pantun ini biasa diucapkan atau dilafalkan pada saat prapernikahan, upacara pernikahan, dan setelah peristiwa pernikahan.
Salah satu contoh pelafalan pantun di kalangan masyarakat suku Lembak adalah sebagai berikut.
BACA JUGA:Dipimpin Kepala Suku, Puluhan Warga Datangi Polres Yahukimo, Apa Ya Penyebabnya
“Kok la babunyi gendang kek serunai (kok sudah berbunyi gendang dan serunai).
Adat lame pusako usang (Adat lama pusaka using).
Adik, sanak, jiran tetangge yang diundang lah sapai (keluarga dan jiran tetangga sudah datang).
Pantun ini merupakan salah satu pantun penyambutan tamu bagi mempelai laki-laki saat tiba di kediaman mempelai perempuan dan salah satu bentuk ungkapan penyambutan mempelai perempuan secara sopan.
BACA JUGA:Nenek Moyang Suku Anak Dalam di Muratara Hanya 1 Tapi Nama Panggilan Banyak
Bahasa Lembak sering mengalami campur alih kode dengan bahasa Melayu lain dan bahasa daerah masyarakat pendatang, paling banyak bercampur kode dengan bahasa Jawa.
Pada saat ini, kondisi identitas bahasa Lembak di tengah masyarakat semakin melebur dengan bahasa Melayu Bengkulu dan bahasa Indonesia.