namun sekarang hanya 5 orang yang berdagang Kue Ape.
“Ya mungkin kita kalah bersaing dengan pedagang lain yang berjualan dengan berbagai jenis makanan.
Kan disini banyak yang dagang macem,” tutur Pambudi yang mengaku sudah berjualan Kue Ape selama 5 tahun.
BACA JUGA:CERITA SAHABAT NABI! Kisah Lucu Nuaiman Beri Hadiah Madu Kepada Rasulullah SAW
2. Pelanggan Mulai Berkurang
Minat orang Jakarta sendiri untuk membeli kue ini juga berkurang. Terbukti dagangan pedagang seperti Pambudi tidak pernah habis guys.
Adonan 1,5 liter yang dibawa tiap hari tidak pernah habis.
Ini juga mempengaruhi pendapatannya.
Biasanya ia bisa membawa uang Rp 150 ribu per hari, tapi beberapa tahun berakhir, rata-rata yang hanya dapat Rp 50 ribu per hari.
BACA JUGA:Modal Smartphone Bisa Hasilkan Foto Aesthetic Bak Jepretan Kamera Professional, Begini Caranya
Untungnya dari tiga anak, dua sudah menikah.
Tinggal satu orang yang masih SMA dan masih membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan pedagang di Palembang, yang menjajakan kuliner tradisional.
Seperti pempek, model, tekwan, dan mie celor, selalu ramai diserbu para pembeli.
BACA JUGA:Dapat Bantuan Kemitraan PTBA, Ini Manfaat yang Dirasakan Istana Roti Bakery
3. Jualan Wajib Punya Gerobak Sendiri, Kalau Sewa Pendapatan Semakin Berkurang
Pedagang Kue Ape yang berjualan dengan menggunakan gerobak, rata-rata memiliki gerobak sendiri.