Acara itu menarik minat masyarakat untuk datang berkumpul.
Pada tahun 1860 syair Kejayaan Kerajaan Melayu juga diterbitkan di Singapore dalam bahasa Melayu oleh Syaidina dan Haji M. Yahya.
Pada tahun 1893 Dr. Philipus mencetak kembali dengan menggunakan bahasa Latin, diterbitkan oleh Tijschrift Van Nederlands India di Roterdam.
Kemudian muncul sebuah buku yang diterbitkan oleh De Burg Amsterdam dengan judul Syair Abdul Muluk.
BACA JUGA:5 Jurusan Kuliah Tersulit di PTN Indonesia TOP QS WUR 2024, Minat?
Sejalan dengan waktu, kesenian Dulmuluk jarang kita temui, kalau pun ada itu pada kegiatan pentas seni dan kebudayaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah.
Wayang Kulit Palembang
Wayang Kulit Palembang adalah sebuah bentuk wayangan dengan visi dan versi dari masyarakat Palembang itu sendiri.
Jenis kesenian ini diperkirakan tumbuh pada sekitar abad 19 (tahun 1800-an) pada masa pemerintahan Aryo Damar atau Aryodillah.
Bentuk fisik wayang Palembang sama dengan yang ada pada wayang purwa milik di Jawa sehingga yang membedakan di antara keduanya adalah bahasa pengantarnya.
Dimana wayang kulit Palembang menggunakan bahasa Palembang baik baso, sari-sari maupun Bebaso.*