“Wahai kafilah, ini aku Fudhail, kalian boleh lewat. Demi Allah, aku berjanji tidak akan lagi bermaksiat dari Allah sampai kapanpun!”
Apakah kamu tau bahwa usia Fudhail saat itu adalah 40 tahun?
Di usianya yang telah berkepala 4, sejak bertemunya dia dengan para Muslim di malam hari itu Fudhail berubah drastis.
Beliau terus belajar menjadi muslim bahkan di kemudian hari justru menjadi seorang ulama hebat yang berhasil membagikan ilmu pada tokoh sekelas Ibnu Mubarak, Al Ashma'i, dan Sufyan bin Uyainah.
BACA JUGA:KISAH SAHABAT NABI: Ali bin Abi Thalib, Sang Gerbang Pengetahuan
Dengan ketekunannya, Fudhail bin lyadh memiliki banyak ilmu dan nasihat, bahkan ada satu quote luarbiasa yang perlu kamu tahu dan harus diingat.
Apakah kamu pernah mendengar istilah H2C? "Harap- harap Cemas".
Konsep itu merupakan cara yang ideal agar kita dapat rajin beribadah kepada Allah, karena mempunyai keseimbangan antara cemas dan harap atau bahasa arabnya ‘khauf’ dan ‘raja’
Namun, apabila ditanya mana yang harusnya lebih dominan, Fudhai bin lyadh memilih ‘cemas’.
BACA JUGA:KISAH SAHABAT NABI: Utsman bin Affan, Penyempurna Pengumpulan Al-qur’an dalam Satu Mushaf
Beliau mengungkapkan, seorang hamba itu memang perlu memiliki dua sayap untuk meraih ridha dan cintanya Allah Azzawajalla.
Namun beliau juga memberi kita rambu agar dapat lebih hati-hati supaya khusyu dalam beribadah dan urusan lain yang positif.
Jika sedang berada di dalam kondisi yang enak dan nyaman, maka kita harus mengedepankan rasa cemas; agar kita tetap merasa mawas.
Sedangkan di saat jatuh terlebih ketika sakit, maka kedepankan ‘harapan’ kepada Allah.
BACA JUGA:Kisah Ali Zainul Abidin bin Husain, Cucu Sahabat Nabi dan Amalan Rahasianya
Dengan berharap akan menjadikan musibah buruk menjadi cara Allah untuk menaik-kelaskan kita, seperti sakit yang merupakan anugerah Allah dalam menggugurkan dosa-dosa kita.