2. Ketaatan Ayah dan Ibu
Ismail mendapat gambaran mengenai keyakinan kepada Allah sekaligus mentalitas ikhtiar yang baik sang ibu, Ibunda Hajar.
Sewaktu Nabi Ibrahim meninggalkan keduanya di lembah Makkah yang tandus itu, Ibunda Hajar bertanya pada sang suami,
BACA JUGA:14 Jurusan Sastra di PTN TOP QS WUR 2024, Mulai Batak Hingga Sastra Korea, Ada yang Satu Almamater?
“Apakah yang dilakukanmu ini merupakan perintah Allah?”
Nabi Ibrahim mengiyakan, lalu Ibunda Hajar merespons dengan jawaban yang begitu hati besar,
“Jika begitu, berati Allah tak akan meninggalkan kami!”
3. Kedekatan emosional antara orang tua-anak
BACA JUGA:5 Fakultas Hukum Terbaik di PTN TOP QS WUR 2024, No 1 Bukan UI Apalagi UGM, Kampus Mana?
Jika diperhatikan, ketika Nabi Ibrahim menerima perintah menyembelih anaknya, beliau tak langsung tergesa melakukannya.
Justru, dengan bijak Nabi Ibrahim lebih dulu mengatakan pada anaknya dengan panggilan yang lembut, ‘yaa bunayya!’ yang artinya ‘wahai, anakku sayang’.
Lalu, usai Nabi Ibrahim menyampaikan perintah Allah itu, maka ayah yang baik itu mengakhiri obrolan itu dengan sebuah kalimat dialogis,
“Maka, coba pikirkanlah pendapatmu...” (QS Ash Shaffat 102)
Dengan begitu, seorang anak akan tumbuh bersama cinta yang mencontoh model hidup orangtuanya dengan dialog yang hangat dan kedekatan yang baik di setiap harinya.
Semoga kita dapat mengambil inspirasinya dan meneladaninya ke kehidupan sehari-hari.*