Tapi Rufaidah tidak langsung mencabut panah yang tertancap di dada Sa'ad tersebut.
Ia sadar betul bahwa apabila dia mencabut panah itu, maka darah akan mengalir dengan deras dan sulit untuk dihentikan, dan hal itu akan mengancam nyawa Sa'ad.
Ia memilih teknik pengobatan yang lain, tanpa buru-buru mencabut panah itu.
Imam Bukhari pun menyampaikan riwayat, bahwa Rasulullah SAW selalu menjenguk Sa'ad setiap pagi dan sore hari ke tenda Rufaidah.
BACA JUGA:Ini 7 Inovasi Pj Bupati Apriyadi Entaskan Kemiskinan di Muba
Kemampuan Rufaidah dalam mengobati orang yang sedang terluka, tidak terlepas dari peran ayahnya Saad al-Aslami, yang merupakan seorang fisioterapis.
Melalui ayahnya inilah, Rufaidah sejak kecil belajar cara mengobati orang.
Tidak hanya merawat yang terluka saat perang, Rufaidah juga punya jiwa sosial terhadap orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
Dengan penuh rasa kemanusiaan, ia membantu merawat anak-anak yang sakit, membantu anak yatim, kaum difabel, dan orang miskin.
Pepatah Arab menyebutkan bahwa ilmu yang tidak diamalkan, maka akan seperti pohon tidak berbuah.
Maka tentunya saja Rufaidah tidak seperti pepatah tersebut.
Sebab ia melakukannya sebaliknya, mengamalkan ilmu medisnya kepada perempuan lain yang ingin belajar.
Ia memberikan pelajaran mulai dari metode pengobatan sampai pembagian sistem jam kerja.
BACA JUGA:Siapa Sangka, Ternyata 7 Kebiasaan Buruk Ini Juga Menyimpan Banyak Manfaat, Apa Saja Ya?
Tidak hanya memberikan pelajaran, ia mengelola hal itu dengan baik.