Pasukan koalisi yang dipimpin oleh AS dengan cepat menggulingkan rezim Saddam Hussein.
Namun Irak berubah menjadi medan konflik yang penuh dengan kekerasan dan tidak stabil setelah runtuhnya pemerintahan Saddam.
Kelompok pemberontak dan teroris berkembang dalam lingkungan yang hancur dan terfragmentasi, menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat sipil.
Konflik di Irak terus berlanjut hingga bertahun-tahun, dan tidak adanya keamanan yang stabil membuat negara ini rentan terhadap konflik internal kekerasan sektarian dan pengaruh kelompok-kelompok ekstremis.
BACA JUGA:Honda PCX160 jadi Motor Terlaris di GIIAS 2023
Meskipun pasukan koalisi secara resmi menarik diri pada tahun 2011, kekerasan masih terus berlanjut di Irak.
Perang Irak telah menyebabkan hilangnya nyawa dan kerugian besar bagi rakyat Irak, serta dampak politik dan sosial yang luar biasa di wilayah tersebut.
Konflik ini juga menimbulkan kontroversi besar dan memicu perdebatan yang kuat tentang legalitas dan motif invasi AS, serta tentang langkah-langkah yang diambil setelah invasi.
Namun setelah invasi dan penggulingan rezim Saddam Hussein, tidak ada bukti yang ditemukan untuk mendukung klaim ini.
BACA JUGA:Kapan Uang Bansos PKH dan BPNT Masuk ATM? Jawabannya Ada di Sini!
Kebohongan yang dicatat oleh beberapa pihak, adalah bahwa Pemerintahan AS saat itu menggunakan bukti yang lemah atau tidak akurat untuk membenarkan intervensi militer mereka.
Inspektur PBB telah melakukan penyelidikan intensif sebelum invasi, dan tidak menemukan bukti langsung tentang keberadaan senjata pemusnah massal di Irak.
Pasca-invasi dilakukan pencarian intensif di seluruh Iraq oleh pasukan AS dan koalisi lainnya, serta oleh otoritas Iraq yang baru terbentuk.
Pencarian ini juga melibatkan tim-tim khusus dan badan intelijen, tetapi tidak ada WMD yang ditemukan.
BACA JUGA:5 Sifat Cowok Berzodiak Capricorn yang Wajib Kamu Ketahui, Bisa Bikin Kamu Klepek-Klepek
Keadaan ini menimbulkan banyak keraguan dan kritik tentang klaim awal AS serta keberlanjutan perang Irak.