Komisi Pemeriksa Senjata Pemusnah Massal Irak yang dibentuk oleh Pemerintah AS, menyimpulkan pada tahun 2004 bahwa klaim tentang keberadaan WMD di Irak sebelum invasi tidak didasarkan pada bukti yang kuat.
Laporan yang sama menyimpulkan, bahwa laporan intelijen yang digunakan untuk mendukung klaim tersebut mengalami kesalahan penilaian dan kegagalan intelijen.
Kebohongan ini menjadi subyek debat dan kontroversi yang masih berlanjut hingga saat ini.
BACA JUGA:Langsung Untung, Nggak Perlu Undang Teman dan Main Game Saldo DANA Cair Rp1 Juta, Cukup Lakukan Ini
Beberapa menganggap ini sebagai manipulasi dan kebohongan yang disengaja untuk alasan politik.
Sementara yang lain mungkin berargumen bahwa intelijen yang tidak tepat atau kesalahan dalam proses penilaian memainkan peran yang lebih besar.
Perang Irak dan tuduhan bohongnya juga menghasilkan konsekuensi serius.
Termasuk hilangnya nyawa ribuan warga sipil dan personel militer, destabilisasi wilayah, meningkatnya ketegangan antar negara, dan perekrutan yang lebih besar oleh kelompok teroris.
BACA JUGA:Raih Kekayaan dari 2 Koin Kuno Jenis Ini, Harga Jualnya Melambung Tinggi
Seperti Al-Qaeda di Irak yang kemudian berkembang menjadi ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah).
Dalam konteks ini, bukti kurangnya WMD di Irak membuat banyak orang mempertanyakan kejujuran dan motivasi pemerintahan AS saat itu dalam membenarkan keputusan mereka untuk melakukan invasi.
Sejak saat itu kritik dan refleksi terus dilakukan terhadap keputusan ini, serta dampak jangka panjang yang dihasilkan dari kebohongan yang diduga terjadi. *