”Subhanallaah.. wal hamdulillaah,” girang Abu Darda’ setelah mendengar hal itu dari sahabatnya.
Akhirnya mereka mempersiapkan segala hal untuk melamar perempuan yang menjadi pilihan Salman.
Kemudian kedua sahabat itu beriringan menuju rumah yang berada di penjuru tengah Madinah, yaitu rumah seorang perempuan yang dimaksud Salman.
”Saya Abu Darda’ datang bersama saudara saya dari Persia yang bernama Salman. Allah telah menuntunnya memeluk Islam dengan amal dan jihadnya.
BACA JUGA:4 Kota Tercanggih di Indonesia, Coba Tebak Palembang Masuk Daftar Gak?
Salman memiliki kedudukan yang erat di sisi Rasulullah, hingga beliau menjulukinya sebagai ahli bait-nya.
Saya kemari untuk menemani saudara saya dalam melamar putrimu untuk dipersuntingnya,” ucap Abu Darda’ berbicara dalam logat Bani Najjar dengan fasih.
”Dengan rasa hormat bagi kami, kami menerima kalian berdua yang merupakan sahabat Rasulullah yang mulia,” sambut tuan rumah.
Dan kehormatan pula bagi keluarga ini untuk menerima menantu dari seorang sahabat Rasulullah.
BACA JUGA:Kisah Muadz bin Jabal, Sahabat Rasulullah yang Pendiam dan Sangat Pandai dalam Ilmu Fiqih
Namun, hak jawab ini sepenuhnya akan saya serahkan kepada putri kami.”
Abu Darda dan Salman menunggu sambil merasakan debaran, sampai akhirnya sang ibu datang setelah berbincang-bincang dengan puterinya.
”Maafkan kami atas pernyataan ini,” kata suara sang ibu yang bicara mewakili putrinya.
”Tetapi karena kalian berdua yang hadir, maka dengan mengharap ridho Allah saya mengatakan bahwa putri kami menolak lamaran Salman.
BACA JUGA:Kisah Hindun binti Utbah, Musuh yang Hijrah menjadi Sahabat Rasulullah SAW
Namun apabila Abu Darda’ juga memiliki urusan yang sama, maka putri kami akan menyiapkan jawaban yang menerima.”