Padahal, pada awal tahun 2022 lalu Presiden Jokowi (Joko Widodo) melakukan peletakan batu pertama pembangunan proyek gasifikasi batu bara menjadi DME.
Disebutkan, DME sendiri sangat penting karena nanti bisa menggantikan LPG, sehingga bisa mengurangi impor LPG dari luar negeri.
Kalaupun itu selesai, bisa mengurangi impor LPG hingga 7 Ton dari luar negeri.
Dikutip dari laman resmi Balitbang Kemeneterian ESDM menyebutkan bahwa DME itu sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG.
Sebab, DME memiliki karakteristik sama dengan komponen LPG, yaitu terdiri atas propan dan butana, sehingga penanganan DME dapat diterapkan sesuai LPG.
DME berasal dari berbagai sumber, baik bahan bakar fosil maupun yang dapat diperbarui.
DME adalah senyawa bening yang tidak berwarna, ramah lingkungan dan tidak beracun, tidak merusak ozon, tidak menghasilkan particulate matter (PM) dan NOx, tidak mengandung sulfur, mempunyai nyala api biru, memiliki berat jenis 0,74 pada 60/60oF.
Meskipun Air Products dan Chemical Inc telah mengundurkan diri pada proyek itu, kini lanjutan pembangunan pabrik hilirisasi batu bara dilirik oleh perusahaan asal China.
BACA JUGA:Mangkrak 16 Bulan, Proyek Pembangunan Smelter di Kalimantan Barat Rugikan Negara Rp6,75 Triliun
Perusahaan asal Tiongkok itu tertarik pada pengelolaan batu bara menjadi DME dimaksud Sedin Enggineering Company Ltd yang bergerak di bidang petrokimia dan kontruksi.
Perusahaan itu sudah melakukan persentasi guna bisa melanjutkan pembangunan pabrik hilirisasi di Muara Enim.
Nah, untuk proyek itu sendiri pihak perusahaan china tersebut bersama dengan PT Kaltim Prima Coal (KPC) salah satu anak usaha PT Bumi Resources Tbk.