Seperti yang terjadi baru-baru ini, tepatnya pada pertengahan tahun 2023, masyarakat Desa Papan Loe Tengah mengeluhkan akibat dari pengoperasian smelter Bantaeng tesebut.
BACA JUGA:Jarang Diketahui! Ternyata Ini 6 Manfaat Jambu Biji yang Tak Terhingga
BACA JUGA:Misteri Kota Atlantis, Cerita Fiktif atau Malah Kota yang Hilang?
Pasalnya, pencemaran lingkungan akibat pemurnian nikel di Smelter Bantaeng menyebabkan kekeringan di sejumlah sumur warga desa sekitar.
Dalam riset yang dikumpulkan oleh LBH Makassar dan Trend Asia bahkan melaporkan dampak buruk kehadiran smelter Bantaeng tersebut.
Bukan hanya berakibat pada kekeringan air bagi masyarakat sekitar, tapi polusi asap dan debu serta bau menyengat yang berasal dari smelter Bantaeng tersebut.
Dalam laporan yang sama, limbah pabrik telah dialirkan ke sungai-sungai setempat, tepatnya di sungai Dusun Kayu Loe, Desa Papan Loe, Pajukukang.
BACA JUGA:Kemarau Bikin Sumur Bor Tak Keluarkan Air Lagi, Warga Ogan Ilir Terpaksa Lakukan Ini
Akibat dari limbah tersebut pihak yang paling merasakan dampak adalah para petani rumput laut, yang notabene menjadi mata pencaharian utama sehari-hari masyarakat.
Limbah dari smelter Bantaeng yang dibuang ke sungai mengalir hingga ke laut dan mencemari air laut.
Terjadi perubahan warna air menjadi coklat dan bau menyengat dari limbah tersebut berdampak terhadap tumbuhan dan biota laut.
Para petani rumput laut juga kerap merasa kecewa akibat pembuangan limbah yang sembarangan tersebut.
BACA JUGA:Bolu Jadul Isi Ragout Ayam, Resep Soes Maker Dijamin Enak dan Lembut
BACA JUGA:Gelar Workshop Kewirausahaan, Dispora Berharap Pemuda OKI Jadi Pengusaha Mandiri dan Profesional
Karena para petani juga merasakan gagal panen berkali-kali akibat insiden tersebut.