Mayoritas penduduk Siompu memang menjadi petani jeruk.
Meskipun keadaan alam Pulau Siompu dipenuhi dengan cadas dan batu karang tapi tidak menghalangi tanaman jeruk untuk tumbuh subur di pulau ini.
Jeruk Siompu merupakan salah satu jenis jeruk yang langka.
Pulau Siompu secara administratif dibagi menjadi dua kecamatan, yakni Siompu Timur dan Siompu Barat.
Selain pemandangan baharinya yang menakjubkan, ada satu lagi pesona yang tersimpan di pulau dengan vegetasi alam berupa perbukitan batu karang dan tebing ini.
Di sini terdapat sekelompok masyarakat yang berparas mirip dengan orang bule.
Tepatnya, di Desa Kaimbulawa, desa seluas 9,6 km persegi di Kecamatan Siompu Timur.
Untuk bisa bertemu dengan para pemilik mata biru ini harus menaklukkan jalanan terjal hingga ke perbukitan Kaimbulawa.
Di kawasan perbukitan ini kelompok mata biru bermukim dan menjadi bagian dari populasi 1.010 jiwa masyarakat Desa Kaimbulawa.
Mengapa warga di kampung unik ini mirip dengan orang-orang Eropa?
Hal itu ternyata berhubungan dengan sejarah penjajahan di masa lalu.
Fenomena tersebut ternyata berkaitan dengan Bangsa Portugis yang sempat menjajah Indonesia antara tahun 1500 sampai 1600-an.
Secara historis, Pulau Siompu memang pernah menjadi tempat singgah penjajah Portugis sebelum menuju ke Maluku untuk mengambil rempah-rempah.
Di tempat singgah, penjajah Portugis juga menjalin hubungan baik dengan pihak kerajaan hingga melakukan pernikahan dengan warga lokal.
Hal itu tertulis dalam naskah kuno peninggalan Kesultanan Buton yang berjudul ‘Kanturuna Mohelana’ atau ‘Pelitanya Orang Berlayar’.
Salah satu pernikahan campuran Buton-Portugis yang terkenal saat itu adalah pernikahan pimpinan kapal Portugis, Felengkonele dengan putri Pulau Siompu, Waindawula.