Sementara itu, pasukan Prusia yang tiba di sore hari membantu pasukan Wellington dan menyerang pasukan Prancis dari sisi kanan, mengakibatkan pasukan Napoleon terjepit di antara dua pasukan musuh.
Pada akhirnya, pasukan Prancis mengalami kekalahan yang telak di Waterloo.
Napoleon sendiri dipaksa untuk turun tahta dan diasingkan ke Saint Helena, sebuah pulau terpencil di Samudera Atlantik, di mana ia meninggal pada tahun 1821.
Pertempuran Waterloo menjadi titik akhir dari era Napoleon Bonaparte dan memastikan kembalinya monarki di Prancis.
BACA JUGA:Mengenang Runtuhnya Tembok Berlin, Pemisah Kekuatan Amerika dan Uni Soviet
Pertempuran ini juga berperan penting dalam membangun kembali tatanan politik Eropa pasca perang Napoleon.
Pertempuran Waterloo telah menjadi salah satu pertempuran yang paling terkenal dan bersejarah dalam sejarah militer.
Secara strategis, pertempuran Waterloo dapat dibagi menjadi beberapa tahapan penting.
Pertama, Napoleon Bonaparte mencoba untuk mengalahkan pasukan Duke of Wellington yang bermarkas di Waterloo.
Dia berusaha dengan cepat merebut kendali atas Rumah Hougoumont, sebuah bangunan pertahanan kunci di medan perang.
Meskipun pertempuran sengit terjadi di sekitar Hougoumont, pasukan Wellington berhasil mempertahankan posisi mereka.
Kemudian, Napoleon memerintahkan serangan besar-besaran di tengah medan perang yang dikenal sebagai serangan Grande Battery.
Pasukannya berhasil merebut posisi musuh dan secara sementara meningkatkan keberhasilannya.
Namun, Wellington segera menggabungkan pasukan-pasukan sekutu dan mampu mempertahankan diri dengan kuat.
Sementara itu, pasukan Prusia di bawah pimpinan Feldmarschall Blücher tiba di medan perang untuk membantu pasukan Wellington.
Mereka berhasil melewati rintangan yang dihadapi dan menyerbu pasukan Prancis dari bagian belakang, memperburuk situasi bagi Napoleon.