Ia menghormati kepercayaan dan adat istiadat setiap wilayah yang dikuasainya, serta memberikan perlindungan dan dukungan kepada berbagai kelompok etnis dan sosial yang ada dalam kekaisarannya.
Kebijaksanaan ini membantu dalam melakukan integrasi budaya dan mendorong perdagangan yang luas di seluruh kekaisaran.
Selama pemerintahannya, Cyrus juga berusaha untuk memulihkan bangsa-bangsa yang jatuh ke dalam keadaan keruntuhan. Contohnya, ketika ia menaklukkan Babilonia, Cyrus memerintahkan pemulihan kuil-kuil yang dihancurkan dan memperbolehkan orang-orang Babilonia yang diasingkan untuk kembali ke kampung halaman mereka.
Tindakannya ini meningkatkan citranya di mata rakyatnya dan menghasilkan dukungan luas dari subyek-subyeknya.
Setelah kematiannya, kepemimpinan kekaisaran dilanjutkan oleh putranya, Cambyses II, yang mewarisi kekaisaran yang luas yang diperluas oleh Cyrus. Namun, masa pemerintahan Cambyses berlangsung singkat dan diikuti oleh serangkaian penerus yang memerintah Akhemeniyah, termasuk Darius yang Agung dan Xerxes I.
Warisan Cyrus Agung tetap hidup dalam sejarah Persia dan dunia kuno.
Kekaisarannya menjadi dasar bagi kekaisaran-kekaisaran Persia selanjutnya, yang menggabungkan keberhasilan militer, kebijaksanaan administratif, dan kebebasan beragama.
Selain itu, deklarasi hak asasi manusia yang diatribusikan kepadanya memberikan inspirasi bagi perkembangan konsep hak asasi manusia di dunia modern.
Cyrus Agung telah meraih tempat yang terhormat dalam sejarah sebagai seorang pemimpin yang diberkati dengan kebijaksanaan dan kemampuan untuk mempersatukan bangsa-bangsa yang beragam di bawah panji Persia.
Keberhasilannya dalam membangun kekaisaran yang kuat dan adil membuatnya tetap menjadi salah satu tokoh yang paling dihormati dalam sejarah dunia. *