Tidak berarti ada kesamaan itu saling meniru, tidak sama sekali,” tegasnya.
Kemudian tahlilan di hari ke-3, hari ke-7, hari ke-40, dan hari ke-100, lanjut Buya Yahya, itu kebiasaan saja dan tidak pernah melihat kebiasaan agama lain.
Ada daerah yang hanya tahlilan hari pertama hingga hari ke-3 saja, tidak sampai 7 hari.
BACA JUGA:Rekomendasi 10 Bedak Tabur Terbaik untuk Kulit Kering, Bisa Membantu Melembabkan Wajah
BACA JUGA:Penyebab dan 5 Cara Memutihkan Lutut Secara Alami, Benarkah Hanya Pakai Gula?
Ada yang hanya tahlilan 1 hari cukup, tidak ada masalah soal jumlah harinya.
Buya Yahya menilai bila ada yang mempermasalahkan hari-hari dilakukan tahlilan, itu merupakan masalah kebencian mereka semata.
Kalaupun misalnya orang selain Islam menyajikan makanan, menurutnya makanan yang disajikan itu bersifat sajen.
Sedangkan dalam tahlilan, makanan yang diberikan bersifat sedekah kepada keluarga atau kerabat.
BACA JUGA:IHC RSPP Jadi Rujukan Layanan Pengobatan Kanker dengan BPJS Kesehatan
Bisa juga tetangga membuat makanan untuk keluarga yang berduka dengan niat bersedekah.
Dengan tegas Buya Yahya menyatakan, jangan mudah untuk menyebut suatu kebiasaan masyarakat sebagai sebuah tindakan yang bid’ah atau meniru agama lain.
Karena tahlilan yang dilakukan niatnya untuk membaca do’a untuk yang telah tiada, membacakan Al-qur’an, dan membaca zikir untuk selalu mengingat Allah SWT.
“Semoga Allah SWT melembutkan hati kita sehingga tidak mencaci maki dan merendahkan siapapun.
BACA JUGA:Terima Laporan Masyarakat, Pertamina Patra Niaga Sumbagsel Gerak Cepat Lakukan Uji Tera