Pernikahan sang sultan itu diikuti para bangsawan kesultanan lain sehingga menyebar ke masyarakat biasa.
Perkawinan berbeda suku dan ras tersebut membuat fisik anak keturunannya mirip etnis Tionghoa.
Pernikahan sang sultan itu diikuti para bangsawan kesultanan lain sehingga menyebar ke masyarakat biasa.
BACA JUGA:Cara Menghilangkan Komedo dengan Cepat dan Efektif, 10 Skincare Terbaik Ini Bisa Digunakan
Perkawinan berbeda suku dan ras tersebut membuat fisik anak keturunannya mirip etnis Tionghoa.
Hal ini dikuatkan lagi dengan cerita rakyat yang ada mengenai Panglima Perang Chengho.
Perkawinan antara warga pribumi dan Tionghoa itu sudah ada sejak kedatangan Panglima Perang Chengho, yang diutus penguasa China datang ke Palembang pada tahun 1407.
Lamanya berada di Palembang, membuat prajurit Chengho menikah dengan wanita-wanita pribumi.
BACA JUGA:7 Khasiat Bubur Ayam Bagi Kesehatan Tubuh, yuk Simak Ulasannya
BACA JUGA:Ini Dia 10 SMA Terbaik di Sumatera Selatan, Sekolah Kamu Masuk Gak?
Tujuannya juga untuk menyebarkan agama Islam di Bumi Sriwijaya. Sebagai buktinya, banyak sekali bisa kita temukan beberapa peninggalan etnis tionghoa di Palembang.
Sejak saat itu sampai sekarang, keberagaman ras yang ada tersebut antara etinis tionghoa dengan masyarakat asli, tetap berjalan beriringan dan seirama.
Terbukti dengan sedikit sekali ditemui konflik di Palembang menyangkut ras.
Bagi warga Palembang, siapa pun, dengan agama apa pun, boleh datang. Selagi tidak menganggu agama dan budaya yang diyakini masyarakat setempat. *