Mengingat gas bumi merupakan energi yang relatif lebih ramah lingkungan.
Dengan tingkat emisi karbon paling rendah dibandingkan dengan batu bara dan fossil fuel lainnya.
Emisi karbon gas bumi sebesar 59 KG CO2 per MMBTU, jauh lebih rendah dari LPG (66 KG CO2 per MMBTU), Gasoline (72 KG CO2 per MMBTU), Petroleum (77 KG CO2 per MMBTU) dan Batu Bara (98 KG CO2 per MMBTU).
BACA JUGA:Sedot APBN Rp21,7 Triliun, Proyek Jalan Tol di Aceh Dicoret dari PSN, Begini Nasibnya
Menurut Rosa, optimalisasi utilisasi gas bumi di masa transisi energi penting untuk ketahanan energi.
Produksi minyak terus menurun, gas pipa juga terus menurun.
Sementara konsumsi energi dari hari ke hari semakin meningkat yang akhirnya berpotensi berdampak terhadap peningkatan impor dan defisit neraca perdagangan.
Maka dari itu, perlu utilisasi sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan dan impor BBM.
BACA JUGA:Sumatera Barat Bertabur Proyek Pembangunan Strategis, Lama Selesai dan Ada Juga yang Mangkrak
Gas bumi dapat menjadi solusi alternatif energi, lantaran cadangan gas bumi di Indonesia dan dunia lebih banyak dari cadangan minyak.
Dari aspek keekonomian akan lebih menguntungkan. Selain itu, perencanaan utilisasinya dalam lebih jangka panjang menjadi penting untuk dilaksanakan.
“Kami tidak bisa berjalan sendiri sebagai badan usaha di sektor midstream dan downstream. Perlu sinergi dan komunikasi yang intensif, serta gotong royong seluruh stakeholder untuk muara layanan masyarakat akan layanan energi yang transparan dan andal,” jelasnya.
Dengan jumlah sumber gas yang melimpah, selain dapat disalurkan ke sektor pelanggan eksisting yang sudah dilayani.
BACA JUGA:200 KK di Aceh Kena Gusur, Proyek Bendungan Senilai Rp1,1 Triliun Malah Dicabut dari PSN, Nasibnya?