Terowongan digunakan untuk mengalihkan aliran Sungai Serang selama proses pembangunan waduk.
Ironisnya sempat terjadi longsor di hulu terowongan lantaran kurangnya pekerjaan pengamanan lereng.
Terowongan pengelak ini berhasil diselesaikan pada 17 Oktober 1984.
Selanjutnya dilakukan peresmian oleh Menteri Pekerjaan Umum Suyono Sosrodarsono.
BACA JUGA:Pemilu 2024, Ini Tugas dari PPK dan PPS di Setiap Daerah
Proyek pengerjaan waduk akhirnya selesai dan mulai dilakukan pengisian 15 Januari 1989 dan diresmikan Presiden Soeharto pada 18 Mei 1991.
Sayangnya, pada pertengahan dekade 1990-an terjadi permasalahan pada waduk ini.
Masalah tersebut yaitu terjadinya retakan memanjang di puncak bendungan dari waduk.
Retakan ini kemudian diperbaiki dengan diisi tanah lempung dan ditimpa dengan aspal.
BACA JUGA:Nathan Tjoe-A-On Gabung, Timnas Indonesia U-23 Punya 28 Pemain
Tak hanya berhenti sampai disitu, pada 24 Oktober 1995 terbentuk lubang sedalam 1,1 meter di bagian badan bendungan dari waduk.
Selanjutnya dilakukan perbaikan yang sama dengan diisi dengan tanah lempung dan diaspal.
Diharapkan waduk ini memberikan manfaat yang besar karena dampaknya telah menenggelamkan 37 desa dari 3 kabupaten.
Diantaranya mengaliri lahan pertanian seluas 60.000 hektare di Grobogan, Demak, Pati, Jepara dan Kudus.
BACA JUGA:Pj Gubernur Sumsel Sosialisasikan Program Prioritas Sumsel Pada Ormas Mahasiswa Cipayung Plus
Belum lagi pembagian air kesejumlah kedung yang terletak di hilir.