PALPRES.COM - Incang-Incang Pedamaran, sebuah warisan budaya yang telah melanglang buana dari generasi ke generasi, kini mendapat sorotan sebagai salah satu kekayaan takbenda yang perlu dilestarikan di Sumatera Selatan.
Dengan pola rima yang khas dan kaya akan makna, incang-incang telah menjadi simbol kearifan lokal dan identitas budaya masyarakat Pedamaran.
Incang-incang Pedamaran, yang menyerupai pantun dalam penampilan dan irama, memiliki peran yang penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Pedamaran.
Dari anak-anak hingga orang dewasa, tradisi Incang-incang menjadi bagian tak terpisahkan dalam berbagai momen kehidupan, mulai dari saat menganyam tikar purun hingga pada upacara adat.
BACA JUGA:8 Prosesi Pernikahan Adat Palembang, Warisan Budaya yang Harus Dilestarikan
Incang-incang bukan hanya sekadar rangkaian kata-kata, tapi juga cerminan dari kehidupan dan kebudayaan masyarakat Pedamaran.
Ditinjau dari isinya, incang-incang dibagi menjadi tiga jenis: incang-incang pergaulan, incang-incang nyeding sukat (cerita nasib malang), dan incang-incang tentang kehidupan dan keagamaan.
Meskipun tidak ada catatan pasti kapan incang-incang mulai ada di masyarakat Pedamaran, namun para tokoh setempat meyakini bahwa tradisi ini telah ada sejak masyarakat Pedamaran pertama kali terbentuk.
Saat ini, keberadaan incang-incang masih terus berkembang.
Hampir seluruh masyarakat setempat mengetahui dan memahami tradisi ini, bahkan beberapa di antaranya mampu melantunkannya dengan baik.
Sebagai bagian dari warisan budaya takbenda, penting bagi incang-incang untuk terus dilestarikan dan dikembangkan.
Dengan demikian, upaya untuk memperkenalkan dan melestarikan incang-incang Pedamaran perlu terus digalakkan, baik melalui pendidikan formal maupun non-formal.