Menariknya selama ngidang berlangsung para tamu undangan tak henti dilayani oleh ngobeng.
BACA JUGA:Sudah Mendunia ! 5 Tarian Tradisional Sumatera Selatan Ini Terkenal Unik, dan Digemari Segala Usia
BACA JUGA:Sebelum Menikah Mereka Menculik Calon Istrinya Inilah Keunikan Suku Sasak di Indonesia
Kebutuhan mereka terus diperhatikan dan dilayani jika ingin meminta tambahan nasi atau lauk pauk.
Hal yang patut dicontoh dari ngidang ini adalah para tamu undangan menjaga perilakunya.
Mereka tidak akan mengambil makanan berlebihan, jika masih ingin tambah gampang tinggal minta.
Berbeda terbalik dengan cara prasmanan yang sering disebut “prancisan”, para tamu sering begitu serakah dengan mengambil makanan terlalu banyak sehingga jadi terbuang percuma.
BACA JUGA:8 Prosesi Pernikahan Adat Palembang, Warisan Budaya yang Harus Dilestarikan
BACA JUGA:Kalian Terima Banyak Undangan? Ini Alasan Kenapa Banyak Orang Menikah pada Bulan Syawal
Apalagi mengambilnya harus mengantre, jika dalam tradisi Palembang hal ini dipandang kurang elok dan sopan dalam memperlakukan tamu.
Dalam tradisi ngidang ini memang terlihat repot karena perlu banyak “ngobeng” dan peralatan makan.
Namun dibalik kerepotan itu terdapat budaya gotong royong dan kebersamaan di kalangan umat.
Para jiron tetangga akan bahu membahu membantu tuan rumah yang disebut dengan istilah "besaji" dan "beringkes" atau ikut membantu menghidangkan makanan dan sekaligus merapikan semua kebutuhan.
BACA JUGA:Jubah Kuno SMB II Jadi Koleksi Kesultanan Palembang Darussalam, Segini Usianya
Ketikat bersantap bersama dalam satu hidangan kan muncul suasana akrab karena anggota keluarga pasti akan berkomunikasi.