Hal sebaliknya justru terjadi pada Rusia, mereka mampu memperluas wilayah pendudukan dan sedang gencar gencarnya menyerang kota Kharkiv yang berada dekat dengan perbatasan.
Sementara itu militer Ukraina hanya bisa menembaki posisi Rusia di dalam negeri.
BACA JUGA:Dilempari Bom Molotov, Kantor Kedutaan Besar Israel di Meksiko Dibakar Massa
BACA JUGA:Topan Remal Hantam India dan Bangladesh, 1 Juta Orang Dievakuasi
Keterbatasan tersebut dimanfaatkan Moskow dengan menembakkan rudal jarak jauh dari wilayah sendiri, sehingga tidak bisa dijangkau oleh Ukraina.
Bahkan, Jahara Matisek, letnan kolonel Angkatan Udara AS dan profesor di US Naval War College, menyebutkan jika Ukraina tidak akan mampu mempertahankan Kharkiv.
Pasalnya Ukraina tidak mampu menyerang posisi Rusia di dekat perbatasan.
"Membiarkan Moskow memiliki tempat berlindung yang aman di wilayahnya sendiri adalah strategi militer yang buruk," ujar Matisek
BACA JUGA:Taiwan Minta Dukungan Indonesia, Wujudkan Status Quo Damai di Selat Taiwan
BACA JUGA:Israel Was-was, Terancam Masuk ‘Daftar Hitam’ PBB
Kini, salah satu skenario yang tengah digaungkan oleh pakar kebijakan luar negeri Prancis, Nicolas Tenzer adalah dengan mengirimkan pelatih militer ke Ukraina guna membantu mereka.
"Prancis mungkin bersedia melakukan hal ini (mengirimkan pelatih militer) dalam tempo secepat mungkin," ujarnya, menunjuk kota Lviv atau Kyiv sebagai lokasi penugasan tersebut.
Bahkan, jika Prancis mengirim pelatih militer ke Ukraina, maka Polandia dan negara-negara Baltik siap mengambil langkah serupa guna membantu Ukraina.
Pada medio Februari lalu, Presiden Macron telah memicu polemik ketika menjadi kepala negara Barat pertama yang memberi dukungan untuk pengiriman tentara NATO ke Ukraina.
BACA JUGA:Daftar Negara Diprediksi Bakalan Hilang dari Peta Dunia di Masa Depan, Kok Bisa? Ini Penjelasannya
BACA JUGA:Erdogan Kutuk Kekejaman Israel, Samakan Netanyahu dengan Hitler