Selanjutnya, Falk menegaskan kembali posisi Perdana Menteri Israel Netanyahu bahwa tidak akan ada gencatan senjata permanen sampai semua tujuan kami (Israel) tercapai.
Netanyahu saat ini berada di bawah tekanan untuk mempertahankan pemerintahan koalisinya tetap utuh.
Dua mitra sayap kanan mereka mengancam akan melakukan protes terhadap kesepakatan apa pun yang mereka anggap tidak menguntungkan Hamas.
BACA JUGA:Bank Sumsel Babel Raih Penghargaan Best Regional Champion 2024 oleh The Asian Post
BACA JUGA:SIMAK! Perbedaan Bansos PKH Dengan Bansos Kemensos Lainnya
Sedangkan mitranya yang berhaluan tengah, mantan jenderal Benny Gantz, ingin kesepakatan itu dipertimbangkan.
Di sisi lain, Hamas untuk sementara menyambut baik inisiatif Biden.
“Pidato Biden mengandung ide-ide positif, namun kami ingin hal ini terwujud dalam kerangka perjanjian komprehensif yang memenuhi tuntutan kami,” kata pejabat senior Hamas Osama Hamdan pada hari Sabtu.
Hamas juga menginginkan jaminan diakhirinya serangan di Gaza, dan juga penarikan semua pasukan penyerang, pergerakan bebas bagi warga Palestina, dan bantuan rekonstruksi di Gaza.
BACA JUGA:10 Laptop Gaming yang Jarang Orang Tahu Tapi Memiliki Kinerja Mengesankan, Punyamu Ada?
BACA JUGA:Kabar Terbaru Shah Rukh Khan Usai Masuk Rumah Sakit Gegara Heatstroke
Akan tetapi para pejabat Israel menolak hal tersebut dan menganggapnya sebagai langkah efektif untuk mengembalikan situasi seperti sebelum 7 Oktober.
Dimana ketika Hamas, yang berkomitmen untuk menghancurkan Israel, menguasai Gaza.
Para pejuang Hamas memicu perang dengan menyerbu pagar perbatasan ke Israel, dan menewaskan 1.200 orang serta menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel.
“Dalam serangan Israel yang menghancurkan sebagian besar wilayah pesisir yang miskin dan terkepung, lebih dari 36.000 warga Palestina telah terbunuh, kata para pejabat medis Gaza.
Sementara itu, Israel mengatakan 290 tentaranya tewas dalam pertempuran tersebut.