BACA JUGA:Maksimalkan Potensi Kopi Sumsel, PJ Gubenur Siap Bersaing Dengan Kopi Korea Selatan
Tidak meratanya potensi kurban ini, kata Haryo, mencerminkan kesenjangan pendapatan antar wilayah yang akut di Indonesia.
Sehingga guna melajukan intervensi daging bagi kelompok termiskin, menurut Haryo, dibutuhkan reformasi berupa kolaborasi kegiatan kurban.
Program distribusi hewan kurban dari daerah surplus ke daerah minus, lanjut Haryo, sangat tepat dan penting.
Dalam rangka penyaluran kurban yang tepat sasaran dan signifikan, dengan tujuan pemerataan dan peningkatan kesejahteraan si miskin.
BACA JUGA:Ini 7 Tanda Rumah Sedang Terkena Sihir atau Santet
BACA JUGA:Pakai Feeling, Syifa dan Jerry Lolos Grand Final Sang Juara 2024, Wakili SMK Negeri 3 Palembang
Masih menurut Haryo, mengacu studi kasus program tebar hewan kurban dari LAZ Dompet Dhuafa (THK-DD) bahwa meningkatkan kemanfaatan kurban secara signifikan dapat dilakukan dengan rekayasa sosial.
“Pada 2023, dari ribuan titik distribusi program THK-DD, kami temukan daerah distribusi secara umum adalah daerah dengan rerata konsumsi daging yang sangat rendah, bahkan mendekati nol,” ungkap Haryo.
Haryo mencontohkan di Jawa, daerah distribusi kurban program THK-DD seperti di Ngawi, rerata konsumsi daging 0,01 kg/kapita/tahun, Kab. Magelang (0,18 kg/kapita/tahun), dan Pandeglang (0,06 kg/kapita/tahun).
Sedangkan di luar Jawa, lanjut Haryo, daerah distribusi program THK-DD seperti di Seram Bagian Barat dengan rerata konsumsi daging hanya 0,01 kg/kapita/tahun, Kubu Raya (0,08 kg/kapita/tahun), Sigi (0.16 kg/kapita/tahun), dan Halmahera Utara (0.11 kg/kapita/tahun).
BACA JUGA:Hp Flagship Pertama Infinix GT Ultra Resmi Hadir di Indonesia, Intip Spesifikasi dan Harganya
Sehingga, lanjut Haryo, program Tebar Hewan Kurban sangat tepat, dan efektif dalam meningkatkan konsumsi daging mustahik.