"Ini angka kuota tidak terserap yang terkecil dalam lebih 10 tahun penyelenggaraan ibadah haji," sebut Menag.
Kedua, proses pelayanan jemaah pada fase kedatangan juga berjalan lancar, baik di Madinah maupun Makkah.
BACA JUGA:Puncak Haji, Pemerintah Arab Saudi Imbau Jemaah Patuhi Aturan Saat Lempar Jumrah
BACA JUGA:Kabar Gembira, Bantuan PKH Cair ke 2 Kalinya Setelah Lebaran Haji di Tanggal Ini?
Jemaah bisa mendapatkan layanan katering, transportasi, akomodasi, termasuk pelindungan jemaah, dan bimbingan ibadah.
"Padahal, Indonesia adalah pengirim jemaah haji terbesar di dunia. Ini jelas bukan tugas mudah," ujar Menag.
"Layanan fast track untuk kali pertama di tiga embarkasi, Jakarta, Solo, dan Surabaya juga berjalan lancar," lanjutnya.
"Layanan katering, bahkan bisa tetap diberikan hingga jelang puncak haji. Ini juga kali pertama dilakukan dalam kuota normal, setalah sebelumnya diterapkan pada 2022," ucapnya lagi.
BACA JUGA:Buya Anwar Abbas Imbau Jemaah Haji Ikut Skema Murur untuk Keselamatan Jemaah Lansia dan Risti
Indikator kesuksesan ketiga, lanjut Gus Men, proses puncak haji berjalan lancar. Ikhtiar mitigasi yang dilakukan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bersama otoritas Saudi berhasil memperlancar proses pergerakan jemaah dari Arafah ke Muzdalifah dan Mina.
"Skema murur atau melintas di Muzdalifah banyak mendapat apresiasi. Jemaah bisa diberangkatkan lebih awal, jam 07.37 waktu Saudi sudah tidak ada di Muzdalifah. Ini patut disyukuri," kata Gus Men.
Ada beberapa dinamika di Mina, kata Gus Men, itu menjadi bagian yang akan dievaluasi.
Menurutnya, wilayah Mina jelas batasannya dan sangat terbatas.
BACA JUGA:Sesuai Jadwal, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Telah Tiba di Arafah
Dengan kuota 213.320 jemaah, ruang yang tersedia kurang dari 0,8 meter persegi per orang.
"Mina dari dulu seperti itu. Sejak kuota kembali normal pada 2017, isunya selalu soal kepadatan. Sehingga, menerima tambahan kuota selalu menjadi berkah sekaligus tantangan," kata Gus Men.