Orang tua harus menjadi teladan dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat juga harus mendukung pendidikan Pancasila melalui berbagai kegiatan yang mengedepankan nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan keadilan.
Ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengembalikan pendidikan Pancasila sebagai pelajaran wajib, antara lain Pergantian kebijakan pendidikan yang sering terjadi dapat mempengaruhi konsistensi dan kontinuitas pendidikan Pancasila.
Keterbatasan sumber daya, baik dalam hal tenaga pengajar yang kompeten maupun bahan ajar yang berkualitas, dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan pendidikan Pancasila.
Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila di kalangan siswa, guru, dan masyarakat dapat menghambat proses internalisasi nilai-nilai tersebut.
Pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi yang cepat dapat menggeser nilai-nilai lokal dan nasional, termasuk nilai-nilai Pancasila.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain:
Pemerintah harus konsisten dalam menerapkan kebijakan pendidikan Pancasila sebagai pelajaran wajib, dan memastikan bahwa kebijakan tersebut diterapkan secara berkelanjutan.
Pemerintah dan institusi pendidikan harus melakukan pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru-guru Pancasila, agar mereka memiliki kompetensi yang diperlukan untuk mengajarkan pendidikan Pancasila secara efektif.
Perlu dikembangkan bahan ajar yang berkualitas dan relevan dengan konteks kehidupan siswa, sehingga mereka dapat memahami dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dengan baik.
Sosialisasi dan kampanye tentang pentingnya pendidikan Pancasila harus dilakukan secara masif kepada siswa, guru, dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman mereka, Teknologi harus dimanfaatkan untuk mendukung pendidikan Pancasila
Mengembalikan pendidikan Pancasila ke dalam kurikulum sekolah sebagai pelajaran wajib adalah langkah yang sangat penting untuk membangun karakter hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Pendidikan Pancasila tidak boleh hanya menjadi transfer pengetahuan, melainkan harus mampu membentuk karakter manusia Indonesia yang berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Pendidikan Pancasila memiliki peran vital dalam memperkuat identitas nasional, membentuk karakter, meningkatkan kesadaran sosial, dan menanamkan nilai-nilai moral pada generasi muda.
Nilai-nilai Pancasila, seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan, harus diinternalisasi dalam tindakan sehari-hari siswa melalui metode pembelajaran yang reflektif, kontekstual, kolaboratif, dan praktis.
Dengan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila, generasi muda Indonesia akan menjadi lebih tangguh, bijaksana, dan siap menghadapi berbagai tantangan zaman, baik dalam konteks lokal maupun global.