Sebab, posisi lintasan para satwa endemik berada di posisi melayang di atas terowongan tol yang dibangun.
BACA JUGA:Siang Ini Gempa 5.2 Magnitudo Guncang Melonguane Sulut, Tak Berpotensi Tsunami
BACA JUGA:Pemprov Sumsel Bersama PT Taspen Bersinergi Dalam Pembangunan Bidang Pendidikan dan Inflasi Daerah
Walaupun unik, proses pembangunan yang melibatkan gerusan dan pembelahan hutan hingga memutus jalur lintasan satwa menjadi sorotan tajam para pemerhati lingkungan.
Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Zulfikar mengungkapkan bahwa perancangan infrastruktur tol jangan sampai membersihkan hutan dan memutuskan jalan satwa.
Pihaknya khawatir, realisasi jembatan penyeberangan satwa endemik belum terealisasi hingga Juli 2024.
Sementara Koordinator Lapangan Pejabat Pembuat Komitmen Tol IKN 3A, Andrew Nugraha menyatakan bahwa keterlambatan realisasi disebabkan proses pengadaan lahan yang belum selesai.
BACA JUGA:Inovasi ‘Gercep Pasti Muba’, Strategi Tingkatkan Pembangunan Infrastruktur Daerah
BACA JUGA:Perhatikan! Inilah Khasiat Batu Akik Galih Asem, Disimak Ulasannya
Diketahui, biaya untuk membangun jalan tol di IKN mencapai Rp305 miliar per kilometer.
Ruas bebas hambatan yang sudah berhasil dibangun sejauh ini membentang hingga 67,65 kilometer.
Capaian ini perlu kesabaran, sebab masih ada 20,89 kilometer lagi yang menjadi sisa tanggungannya.
Diharapkan, desain unik yang sudah dirancang pihak pembangun jalan tol IKN tetap sesuai dengan koridor kajiannya.
BACA JUGA:Inilah 5 Jenis Batu Akik yang Dapat Memancarkan Energi Positif Dalam Tubuh
BACA JUGA:Premier League Aston Villa vs Everton: Prediksi dan Preview Pertandingan
Jangan sampai habitat Bekantan, Monyet dan Orangutan terganggu karena lintasan yang terputus tol baru ini.