Padahal luasan bangunan itu 13x4 meter dengan panjang 26 meter.
Bila kalian pikir sungguh luar biasa bukan, karena masih tegak berdiri hingga berusia 98 tahun.
Diketahui jam Gadang dibangun memakai campuran putih telur, pasir putih, dan kapur.
BACA JUGA:Dijuluki Makanan 'Surga', Inilah Kuliner Unik Khas Sumatera Barat, Kamu Tahu?
Tentu saja hal itu menjadi salah satu bukti kehebatan dari teknik pembangunan zaman dulu.
Arsitektur menara jam ini dirancang oleh Yazid Rajo Mangkuto, sedangkan peletakan batu pertama dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu masih berusia 6 tahun.
Pembangunan Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu.
Sehingga sejak dibangun dan sejak diresmikannya, menara jam ini telah menjadi pusat perhatian setiap orang.
BACA JUGA:Inilah 3 Daerah Paling Ramai di Sumatera Barat, Ternyata Punya Banyak Tempat Wisata Lho!
Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang kemudian dijadikan sebagai penanda atau markah tanah dan juga titik nol Kota Bukittinggi
3. Hadiah Pemberian Ratu Belanda
Tahun 1926 Jam Gadang mulai dibangun dan merupakan salah satu bentuk hadiah dari Ratu Belanda kepada sekretaris kota zaman pendudukan Belanda.
Pada saat itu, Yazin dan Sutan Gigi Ameh merupakan orang asli Indonesia yang menjadi arsitek dari bangunan tersebut.
BACA JUGA:Disebut Sebagai Kue Neraka Rasa Surga Begini Wujud Bika Talago Kuliner Asli Sumatera Barat