BEIRUT, PALPRES.COM – Salah seorang pemimpin Hizbullah dikabarkan tewas dalam serangan yang dilakukan Israel, Jumat 20 September 2024, waktu setempat.
Pemimpin Hizbullah tersebut yakni Ibrahim Aqil.
Ibrahim Aqil merupakan menjadi anggota badan militer tertinggi Hizbullah, Dewan Jihad.
Israel menuduh Ibrahim Aqil sebagai salah satu otak dari tiga serangan bom yang menewaskan lebih dari 250 orang Amerika, pada tahun 1980-an.
BACA JUGA:Harga Emas Antam di Palembang Hari Ini Tembus Rp1.455.000 per Gram
BACA JUGA:Buron 1 Bulan, Pemilik Sumur Minyak Ilegal Terbakar di Keluang Ditangkap Satreskrim Polres Muba
Tewasnya Ibrahim Aqil, terjadi hanya beberapa hari dari teror ledakan pager yang menyebabkan puluhan militan Hizbullah tewas dan ribuan luka-luka.
Dalam suatu pernyatannya, militer menegaskan bahwa Ibrahim Aqil dipastikan “tersingkir” dalam serangan berbasis intelijen yang ditargetkan di Beirut.
Ibrahim Aqil yang juga dikenal sebagai “Tahsin” ini, merupakan pemimpin utama dari sel Hizbullah yang bertanggung jawab atas pemboman kedutaan besar AS di Beirut pada 18 April 1983.
Dalam peristiwa itu, setidaknya 63 orang tewas, termasuk 17 orang Amerika.
BACA JUGA:Berusia 98 Tahun, Inilah 4 Fakta Menarik dari Jam Gadang di Bukittinggi
Juga dalam pemboman barak Korps Marinir Beirut pada 23 Oktober 1983, yang menewaskan 241 tentara AS dan personel sipil.
Israel mengklaim, Ibrahim Aqil dan sejumlah pemimpin Hizbullah lainnya sedang merencanakan serangan ke Israel.
Rencana serangan yang tengah disusul oleh Ibrahim Aqil, konon akan meniru “Operasi Banjir Al Aqsa”, serangan Hamas dari Jalur Gaza ke negeri zonis Israel.