Sisa limbah cangkang yang tidak termanfaatkan menambah problem.
BACA JUGA:Terima Sinyal Darurat, Tim PHE ONWJ Selamatkan 18 Awak Kapal Kargo Glorie Indah 1 yang Karam
Sebab, tidak ada tempat pembuangan sampah yang dapat mengolah limbah ini.
Setiap hari, rata-rata setengah sampai satu ton limbah dibiarkan membusuk, yang tentunya mencemari udara, air, dan tanah.
Untuk mengatasi permasalahan ini, PHE ONWJ bekerja sama dengan lembaga Inkubasi, Hilirisasi, dan Komersialisasi (IHK) dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Universitas Padjadjaran (Unpad) meneliti pemanfaatan limbah cangkang rajungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cangkang rajungan di Sukajaya memiliki kandungan substansi yang cukup untuk diolah menjadi kitosan, yang kemudian dapat dioleh menjadi pupuk cair.
BACA JUGA:Bijak Kelola Sampah dan Berdayakan Masyarakat, Mitra PHE ONWJ Raih Penghargaan Kalpataru
BACA JUGA:Mulai Awal November 2024, PHE OSES Sukses Salurkan Gas ke PLTGU Cilegon
Dengan pemanfaatan limbah cangkang rajungan menjadi kitosan, tidak saja masalah pencemaran lingkungan dapat diatas, warga pun mendapat manfaat ekonomi.
Berkat melimpahnya bahan baku yang dapat diperoleh secara gratis, produk akhir berupa pupuk cair ini diharapkan dapat dikemas dan dipasarkan dengan harga yang kompetitif.
Targetnya, satu ton cangkang rajungan dapat menghasilkan sekitar 10 ribu liter pupuk cair, dengan potensi pendapatan Rp10 ribu per liter.
Dr In-In Hanidah, STP, MSi, salah seorang dosen Unpad yang memimpin penelitian, menyebutkan bahwa kitosan merupakan senyawa dari limbah kulit hewan bercangkang.
BACA JUGA:Begini Cara PHE WMO Mengatasi Lahan Kritis di Pesisir Bangkalan
BACA JUGA:PHE Dukung Pengembangan Sumber Daya Manusia di Maluku, Ini Salah Satunya
Melalui proses kimiawi yang aman, cangkang rajungan dapat diubah menjadi kitosan yang bisa dimanfaatkan untuk industri makanan, biomedis dan kimia.