PALPRES.COM - Proyek pembangunan smelter di Kampung Bukit Batu, Mempawah, Kalimantan Barat tengah menghadapi tantangan besar.
Proyek ini dikenal sebagai Smelter Bauksit Grade Aluminium Refinery (SGAR) ini sempat mandek selama 16 bulan akibat perselisihan antara kontraktor utama.
Bahkan, akibat masalah itu potensi kerugian negara ditaksir mencapai Rp6,75 triliun.
Dengan nilai investasi mencapai USD 900,7 juta atau sekitar Rp13,5 triliun, SGAR merupakan bagian dari 13 proyek strategis nasional (PSN) yang dirancang untuk memperkuat ekosistem rantai pasok aluminium dari hulu ke hilir di Indonesia.
BACA JUGA:Waspada Hujan Ringan Hingga Deras Mengguyur Sumsel Hari Ini 3 Desember 2024, Ini Wilayahnya
BACA JUGA:Rusia Klaim Pemimpin Kelompok Pemberontak Suriah Tewas, Ini Sosoknya
Akan tetapi, penundaan pengerjaan berpotensi menganggu jadwal operasional, yang semula ditargetkan berproduksi pada kuartal ketiga 2024 dan beroperasi penuh di awal 2025.
Mangkraknya proyek tambang di Kalimantan Barat ini menjadi perhatian serius lantaran hilirisasi mineral, termasuk bauksit merupakan salah satu prioritas nasional.
Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan bauksit menjadi alumina dan aluminium sangat signifikan.
- Bauksit Mentah USD 30/Ton
BACA JUGA:Cantik Banget! Berikut 7 Tanaman Hias Berdaun yang Bisa Dijadikan Dekorasi Rumah
BACA JUGA:4 Desember 2024, KPU OKI Gelar Perhitungan Suara Tingkat Kabupaten
- Alumina USD 380/Ton
- Aluniminium USD 2.200/Ton
Apabila produksi tertunda, Indonesia berisiko kehilangan potensi pendapatan besar, mengingat sebagian besar produk alumina dari SGAR direncanakan sebagai bahan baku utama untk Smelter Aluminium PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.