BACA JUGA:Suriah Siaga I, 37 WNI Berhasil Dievakuasi Lewat Jalur Darat
BACA JUGA:Selesai Jalani Hukuman, 199 WNI Bermasalah Ini Dideportasi dari Malaysia
Badan anak-anak PBB, UNICEF, memperingatkan bahwa anak perempuan dan laki-laki Suriah terus menderita dampak brutal dari persenjataan yang tidak meledak pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Persenjataan tersebut, yang disebut UXO, adalah senjata peledak seperti bom, peluru, granat, ranjau darat, dan munisi tandan, yang tidak meledak ketika dikerahkan dan tetap menimbulkan risiko, terkadang selama beberapa dekade.
Pada Desember 2024 saja, ketika Suriah diguncang oleh pergolakan politik yang dramatis menyusul tergulingnya rezim Bashar al-Assad secara tiba-tiba, UNICEF mengatakan pihaknya menerima laporan bahwa 116 anak terbunuh atau terluka akibat UXO.
Angka tersebut rata-rata hampir empat kali sehari, kata manajer komunikasi UNICEF untuk keadaan darurat Ricardo Pires kepada wartawan di Jenewa.
BACA JUGA:Alhamdulillah, Pemerintah Indonesia Selamatkan WNI dari Hukuman Mati di Arab Saudi
BACA JUGA:Penyelundupan 17 WNI dan 24 WNA ke Malaysia Berhasil Digagalkan, Begini Modusnya
Berbicara melalui tautan video dari Damaskus, Ricardo Pires menambahkan bahwa “angka ini diyakini terlalu rendah”.
Jutaan warga Suriah mengungsi
Perang saudara yang brutal selama hampir 14 tahun, yang menewaskan lebih dari 500.000 orang dan membuat jutaan orang mengungsi, telah menyebabkan sekitar 324.000 persenjataan yang belum meledak tersebar di seluruh Suriah, demikian papar Ricardo Pires.
Ditambahkan Ricardo Pires, dalam 9 tahun terakhir, setidaknya 422.000 insiden yang melibatkan UXO dilaporkan di 14 provinsi di seluruh negeri.
BACA JUGA:Disekap dan Dipaksa Jadi Operator Judol di Myanmar, 21 WNI Ini Berhasil Diselamatkan
BACA JUGA:Puluhan WNI Jalani Hukuman di Kamboja, Ini yang Dilakukan Kedubes RI
Sementara setengah dari insiden tersebut diperkirakan berakhir dengan korban anak-anak.
Ricardo Pires memperingatkan, bahwa bahayanya semakin buruk dengan adanya pengungsian baru.
Sejak pemberontak yang dipimpin kelompok Perlawanan Islam pada 27 November lalu melancarkan serangan yang akan menggulingkan Presiden Bashar al-Assad hanya 11 hari kemudian.