Dunianya begitu sempit, sebatas dinding-dinding kamarnya yang sunyi.
Sementara di sudut lain Plaju, sepasang lansia, Sutinah dan Dastin, juga terpenjara dalam sepi.
Sang suami, Pak Dastin, tak bisa berjalan setelah kecelakaan kerja, sementara istrinya, Bu Sutinah, lumpuh karena tulang kropos.
Kini keduanya hanya bisa saling menjaga, meski diri sendiri pun rapuh.
Lalu ada Melinda, gadis belia 15 tahun yang kehilangan masa mudanya akibat kecelakaan motor.
BACA JUGA:Pertamina Patra Niaga Gunakan Mobile SPBU dan Set Tabung Mini untuk Salurkan BBM ke Masyarakat
BACA JUGA:Pertamina Tembus Akses Terputus, Warga Bireuen Kembali Nikmati Pasokan BBM
Kini tubuhnya lumpuh, dan hidupnya bertambah berat karena harus menjalani cuci darah rutin akibat gagal ginjal.
Namun ia tetap menyimpan secercah harapan di matanya.
Tak jauh dari sana, Ahmad Affandi, pria 33 tahun, hanya bisa terbaring, lumpuh dan sulit berbicara.
Ia hidup bersama orang tuanya yang tak lagi bekerja, menjalani hari dengan bergantung pada bantuan saudara.
BACA JUGA:Suplai BBM dan LPG di Aceh Berangsur Normal, Pertamina Patra Niaga Tegaskan Komitmen
BACA JUGA:Pertamina Patra Niaga Dukung Stabilitas Energi, Salurkan Bantuan Kemanusiaan ke Pemerintah Aceh
Riya Ameliya, anak berusia 9 tahun, terlahir buta, belum pernah sekali pun melihat warna langit atau sungai yang mengalir di kota ini.