Tuanku Puyang Syekh Naga Berisang, Simbol Kekerabatan Luas Orang Komering
Tim Penelitian UT Palembang saat meninjau maqom Puyang Syekh Naga Berisang di Betung bersama Tokoh Adat Komering, Drs. Ali Pasyai, MM dan Tokoh Tetua Adat dan tokoh budaya Betung, Samsul Bahri, belum lama ini-Dudy Oskandar-palpres.com
BACA JUGA: Tim Universitas Terbuka Palembang Teliti Minanga Komering
Angkat saudara (pengangkonan) bagi orang Komering, menurut Ali Pasyai bisa dilakukan sampai diluar Suku Komering.
Bahkan pengangkonan ini kadang lebih dari keluarga sedarah.
Jika saudara angkatnya diganggu, maka orang Komering akan siap membelah mati-matian sebagai bukti kesetiakawanannya.
Demikian juga sebaliknya.
BACA JUGA:Haul ke-5 SMB III, Mengenang Perjuangan dalam Mengangkat Sejarah Palembang
Ditambahkannya, hubungan baik seperti ini bahkan menurutnya sudah ada sejak dulu.
Selain itu, seseorang diluar Jolma Komering dapat diberi gelar keluarga oleh saudara angkatnya dari Komering.
Inilah yang membuat orang Komering itu walau terlihat berwatak keras, tetapi bisa dapat menjadi sangat cair, jika sudah menjalin kekerabatan dekat dengan orang diluar sukunya.
Filsafat moral dan etika dari jalinan persaudaraan yang dibentuk Puyang Syekh Naga Berisang yang ditradisi-lisankan secara turun temurun, menurut Ali Pasyai diyakini turut memiliki pewarisan ke orang-orang Komering setelahnya.
BACA JUGA:Museum dr AK Gani Terima Penghargaan Kategori Pelestarian Naskah Arsip Bersejarah
“Menurut cerita tutur yang saya ketauhi dari orang-orang tua dulu, sosok Puyang Naga Berisang ini pria yang sangat ganteng dan sakti madraguna.
Beliau hidup sekitar akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16.
Mengapa disebut Naga Berisan, karena sosoknya mampu merubah wujud menjadi seekor naga.
Kalau sudah menjadi naga menurut ceritanya, Beliau mampu mengeringkan air di Sungai Musi, Sungai Komering, Sungai Ogan dan Sungai Lematang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: palpres.com