Citraland
Honda

Putri Silampari, Cerita Rakyat yang Melegenda di Lubuklinggau dan Musi Rawas

Putri Silampari, Cerita Rakyat yang Melegenda di Lubuklinggau dan Musi Rawas

Patung Putri Silampari di destinasi wisata Bukit Sulap Lubuklinggau--

MURA PALPRES.COM- Bagi Masyarakat Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau mungkin tidak asing lagi jika mendengar nama Putri Silampari.

Namun, masih banyak masyarakat di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau yang belum mengetahui cerita dari lahirnya nama atau tokoh Putri Silampari yang selama ini dikenal namanya saja.

Dilansir dari plat form media online, pada zaman dulu hiduplah seorang perempuan tua dengan seorang anak lelakinya. Mereka berdiam di sebuah ladang. Kehidupan mereka cukup terjamin, anak lelakinya gemar sekali memanah, Kemana pergi pasti di belakang punggungnya ada alat pemanah, karena itulah, ia dinamakan ibunya Bujang Pemanah.

Bujang pemanah sudah cukup dewasa, ibunya mengharapkan segera dapat menimang cucu, bujang pemanah di suruhnya mencari pasangan hidup, tetapi bujang pemanah tidak pula berniat beristri.

BACA JUGA:Aglonema Red Sumatera, Tanaman Hias Lambang Keberuntungan

Sudah beberapa kali ibunya mengenalkan gadis gadis kepadanya, tetapi selalu di tolak oleh Bujang Pemanah, alasannya belum ada yang berkenan di hatinya, atau tidak ada yang cantik, oleh sebab itu ibunya tidak lagi menyuruh Bujang Pemanah segera beristri.

Pada suatu hari Bujang Pemanah pergi berburu, di tengah hutan yang lebat, Bujang Pemanah bertemu seekor burung yang sangat elok rupanya, bujang Pemanah sangat tertarik pada burung itu, tanpa sadar ia mengejar burung itu ke sana ke mari hingga tersesat.

Karena merasa tersesat, dan sulit mencari jejak untuk pulang, Bujang Pemanah tertidur di bawah sebuah pohon yang besar, bujang Pemanah bermimpi di datangi orang tua bersorban putih, orang tua berpesan bila Bujang Pemanah menginginkan gadis cantik yang sedang mandi, maka Bujang Pemanah harus menyembunyikan selendangnya, karena dengan selendang itulah gadis cantik tersebut dapat terbang, Bujang Pemanah terjaga dari tidurnya dan berusaha mencari jalan untuk pulang.

Dalam perjalanan pulang, sayup sayup Bujang Pemanah mendengar bunyi gamelan yang merdu sekali, bujang Pemanah mencari tempat asal bunyi bunyian itu, setelah di amatinya, bunyi gamelan itu berasal dari tempat yang tidak jauh dari tempatnya berada.

BACA JUGA:6 Rekomendasi Wisata Pantai di Bangka, Panorama yang Indah dan Sejuk

Sambil mengendap endap, Bujang Pemanah mendekati sumber bunyi itu, dari persembunyiannya, Bujang Pemanah melihat tujuh orang gadis yang parasnya sangat elok, pakaiannya berwarna warni sehingga terlihat gemerlap sekali.

Tak lama kemudian, mereka mandi dan menanggalkan pakaiannya, dari ke tujuh gadis yang mandi itu, ada seorang yang paling elok, Bujang Pemanah berusaha memanjat pohon untuk mengambil selendang gadis itu.

Selendang itu berhasil di dapatkannya dan langsung disimpannya di balik pakaiannya, bujang Pemanah lalu kembali bersembunyi.

Setelah lama dan puas mandi, ketujuh gadis itu kembali mengenakan pakaiannya, betapa terkejutnya gadis yang paling elok melihat selendangnya sudah tidak ada.

BACA JUGA:Pesaing Baru Motor Sport, Suzuki GSX 250R Lebih Bertenaga dan Irit Bensin

Ia menangis sejadi jadinya, semua saudaranya terbang kembali ke angkasa. Ia tidak dapat mengikuti saudara saudaranya. Tinggallah gadis itu seorang diri, Bujang Pemanah lalu berjalan mendekatinya, pura pura bertanya siapa dirinya, setelah diketahui gadis itu bernama Putri Silam Pari, Bujang Pemanah mengajaknya pulang ke ladangnya.

Dalam perjalanannya pulang, Bujang Pemanah di pandu oleh burung yang di kejar kejarnya. Kalau tidak, sulit bagi Bujang Pemanah menemukan jalan untuk pulang ke kampungnya.

Sesampainya di pondok Bujang Pemanah betapa terkejutnya sang ibu melihat anaknya membawah gadis yang sangat elok, gadis itu dikenalkan kepada ibunya sebagai calon istrinya, ibunya sangat gembira dan Bujang Pemanah segera dinikahkan dengan Putri Silam Pari.

Keadaan rumah tangga Bujang Pemanah dan Putri Silam Pari sangat bahagia. Putri Silam Pari sangat rajin membantu Bujang Pemanah, baik di ladang apalagi di rumah, lama kelamaan hasil ladang mereka bertambah.

BACA JUGA:Tenyata Miss Belanda Berstatus Transgender Keturunan Indonesia, Begini Ceritanya

Pada suatu hari ketika mengambil beras di lumbungnya, Putri Silam Pari menemukan selendangnya yang hilang dulu, Putri Silam Pari pulang ke pondok sambil menangis, tak lupa ia membawah selendangnya, Bujang Pemanah terkejut melihat Putri Silampari menangis dan di tangan istrinya ada selendang.

Bujang Pemanah mohon maaf dan mengakui kebohongannya selama ini sambil meminta agar Putri Silam Pari tidak akan meninggalkannya, Putri Silam pari tetap pada pendiriannya untuk kembali ke Kayangan dan berjanji akan segera pulang. Dengan hati berat, terpaksa Bujang pemanah mengizinkan istrinya pergi, pada saat itu mereka sudah di karuniai seorang anak yang bernama Ratu Agung.

Cukup lama Bujang Pemanah menunggu Putri Silam Pari, tetapi tidak juga pulang. Ia ingin menyusul istrinya, pada suatu malam ketika tidur, Bujang Pemanah pernah bermimpi ditemui orang tua bersorban putih yang tempo hari mendatanginya.

Orang tua itu berpesan, bila Bujang Pemanah ingin menemukan istrinya, maka ia harus minta tolong kepada Burung Sapu Langit, lebah, dan kunang kunang, Burung Sapu Langit akan menjadi tunggangannya, lebah sebagai pengawal dan kunang kunang akan menjadi lampu penerang jalannya.

BACA JUGA:Gandeng Rapper Latto, Single Terbaru BTS Jungkook ‘Seven’ jadi Lagu Tercepat 1 di iTunes US

Raja Jin, ayah Putri Silam pari, amat murka mengetahui Putrinya telah menikah, karena itulah, Putri Silam Pari tidak diizinkan kembali ke bumi.

Bujang Pemanah tidak putus asa, Ia mengembara ke sana ke mari. Berkat perjuangannya, semua persyaratan untuk menjemput istrinya dapat di penuhi.

Bujang Pemanah tak lupa pamit kepada ibunya, pada waktu bulan purnama berangkatlah Bujang Pemanah mencari istrinya.

Bertemulah Bujang Pemanah dengan Raja Jin, Terjadilah pertempuran yang cukup dahsyat, berkat bantuan lebah, Raja Jin dapat ditaklukkan dan mati, Putri Silam Pari di bawah kembali ke bumi.

BACA JUGA:HORE! Giliran Bansos PKH Tahap 3 Cair via Pos, Segini Besaran Uang yang Diterima Tiap KPM

Sesampainya di bumi betapa terkejutnya Bujang Pemanah dan Putri Silam Pari karena keadaan sudah berubah, tempat mereka yang dulu sepi kini menjadi ramai.

Pesta menyambut Bujang Pemanah dan Putri Silam Pari berlangsung meriah selama tujuh hari tujuh malam.

Pada suatu ketika, dusun tempat Bujang Pemanah dan Putri Silam Pari tinggal diserang orang dari daerah lain, semua rakyat berlari ke hutan, Putri Silam Pari dan Bujang Pemanah akhirnya menjadi siluman.

Sedikit informasi Bujang Pemanah bukanlah sebuah nama, tapi dia hanyalah sebutan atau julukan buat pemuda yang suka berburu, di Lembah Lapan, dekat sungai Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, Sumatra Selatan.

BACA JUGA: WOW! Bupati PALI Datangi Mapolda Sumsel Malam Hari, Ternyata Ini yang Dilakukannya

Putri Silam Pari juga bukan nama, tetapi julukan, Silam artinya hilang, dan Pari artinya bidadari, sehingga Putri Silam Pari artinya Putri bidadari yang hilang, nama bidadari ini adalah Ringgu Pisat seperti yang di sebutkan dalam sastra daerah Rawas.

Itulah cerita dari lahirnya nama Putri Silampari yang hingga saat ini masih di sebut-sebut oleh masyarakat Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau, bahkan banyak patung dan lagu daerah yang terinspirasi dengan tokoh Putri Silampari. (frs/lek)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: