Honda

Ingin Mempelajari Ayat Al-Quran? Ini Penjelasan Ustad Hanan Attaki

Ingin Mempelajari Ayat Al-Quran? Ini Penjelasan Ustad Hanan Attaki

Ustad Hanan Attaki -IG@hanan_attaki-

JAKARTA, PALPRES.COM - Ustad Hanan Attaki melalui Chanel Gus Nusantara di YouTube menjelaskan mengenai Al-Quran

Kata Ustad Hanan, Al-Quran sangat luar biasa, karena sumber dari segala inspirasi. 

Lantas bagaimana memahami isi Al-Quran?

Menurut Ustad Hanan, untuk dapat memahami ayat Al-Quran, kita harus mengaitkan ayat satu dengan yang lain.

BACA JUGA:HORE, Kemensos Rampungkan Proses Cek Rekening KPM, Bansos PKH Tahap 3 Cair di Tanggal Ini

Paling gampang adalah mengaitkan satu ayat sebelum dan sesudah ayat tersebut. 

Metode ini dapat dipakai, untuk memahami kandungan ayat dalam Al-Quran.

Seperti contoh ayat kedua surat Al-Baqarah yang berbunyi “za likal kitab” yang artinya “kitab itu”. 

Hal ini berkaitan dengan surat sebelumnya yakni surat Al-Fatihah. 

BACA JUGA:Serem! Warung di Tengah Hutan Kabupaten Mojokerto Sering Didatangi Pembeli Setiap Malam, Minta Dibuatkan Ini

Di surat Al-Fatihah, kita minta diberi petunjuk jalan yang lurus. 

Kemudian Allah SWT menjawab, di surat setelahnya yaitu surat Al-Baqarah yakni “żālikal-kitābu lā raiba fīh, hudal lil-muttaqīn”. 

Artinya: "Kitab (Al-Quran) itu tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”.

Lantas, mengapa Allah SWT dalam Al-Baqarah itu menyebut “kitab itu”, bukan ‘kitab ini”? 

BACA JUGA:KABAR GEMBIRA, Bansos PKH Tahap 3 Juli-September Cair? Kemensos Sudah Lakukan Proses Ini

Menurut Ustad Hanan, jawaban dari pertanyaan tersebut ada di halaman berikutnya, yakni Allah SWT menggunakan kata “itu”, artinya jauh.

Maksudnya adalah Al-Quran yang sempurna ini, jauh dari jangkauan manusia.

Sehingga tidak bisa dibuat-buat dan tidak bisa direkayasa oleh manusia manapun. 

Kata Ustad Hanan, dulu ada orang Arab jahiliyah yang ingin menandingi Al-Quran. 

BACA JUGA:6 Daerah di Provinsi Lampung yang Berasal dari Singkatan, Ada yang Tahu Kepanjangan Bandar Lampung?

Namun ia tidak mampu menandingi Al-Quran yang berasal dari Allah SWT. 

Kata-kata dalam Al-Quran mengandung makna yang dalam, dengan bahasa sastra yang tingkat tinggi, sehingga dapat menggetarkan hati manusia yang mendengar lantunan ayat-ayat Al-Quran. 

Hal itu merupakan keistimewaan Al-Quran berisi firman Allah SWT, yang menjadi pedoman hidup manusia. 

Ustad Hanan Attaki juga menceritakan sebuah kisah terkait Imam Ghazali, yang mendapatkan pertanyaan dari salah satu jamaahnya saat dilakukan majelis ilmu.  

BACA JUGA:Subhanaullah, Jasad Hanzhalah Dimandikan Oleh Malaikat

Orang tersebut bertanya apa kesibukan Allah SWT setiap hari? 

Imam Ghazali tidak menemukan jawabannya.  

Setiap kali majelis ilmu itu digelar, orang itu masih bertanya dengan pertanyaan yang sama. 

Hingga akhirnya, setelah kurang lebih lima hari, Imam Ghazali akhirnya memutuskan untuk sholat sunat dan berdo’a kepada Allah SWT, meminta jawabannya. 

BACA JUGA:Dijuluki Permata dari Timur, Ini Objek Wisata Hits yang Sayang Kamu Lewatkan saat di Banda Neira

Hingga akhirnya ketika ia tidur, ia bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW

Rasulullah SAW akhirnya memberikan jawaban kepada Imam Ghazali, bahwa setiap hari Allah SWT sibuk mengangkat suatu kaum dan menjatuhkan kaum yang lain.

Lalu Allah SWT membagi-bagikan rezeki dan hidayah. 

Setelah Sholat Subuh dia menyampaikan jawaban Nabi Muhammad SAW yang dia dapat dari mimpi kepada orang yang bertanya itu. 

BACA JUGA:Motor Ini Ramah Lingkungan, Irit BBM, Cocok Dipakai di Perkotaan

Kemudian orang ini berkata kepada Imam Ghazali,”Banyak-banyaklah bershawalat kepada orang yang telah mengajarkan anda jawaban itu di dalam mimpi”. 

Barulah Imam Ghazali sadar, bahwa dia tidak lebih tahu dari orang yang bertanya tersebut. 

Bagaimana orang itu tahu mimpi Imam Ghazali? 

Orang itu tahu, karena itu Allah SWT yang membukakan kepadanya. 

BACA JUGA:Chatting dengan Gebetan Pakai Aplikasi Ini Bisa Dapat Saldo DANA Gratis Rp5 Juta, Berminat?

Dari kisah ini dapat kita ambil makna, bahwa setiap manusia meskipun seorang yang berilmu tinggi, tetap saja masih ada yang lebih tinggi ilmunya. 

Hal itu atas izin Allah SWT dan agar orang tersebut tidak sombong dan menyadari bahwa  “diatas langit, masih ada langit”.

Artinya kita harus tetap rendah hati dengan apa yang kita miliki, termasuk ilmu pengetahuan. *

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: