Honda

Mengenal Tradisi Perang Pandan di Bali, Ternyata Wujud Penghormatan Dewa Pejuang

Mengenal Tradisi Perang Pandan di Bali, Ternyata Wujud Penghormatan Dewa Pejuang

Mengenal Tradisi Perang Pandan di Bali, Ternyata Wujud Penghormatan Dewa Pejuang--instagram.com/ @eg_imaging

PALEMBANG, PALPRES.COM- Mengenal tradisi Perang Pandan yang sarat akan nilai agama Hindu di Bali.

Perang Pandan adalah ritual pertarungan tradisional Bali dengan tongkat yang terbuat dari pandan dan merupakan bentuk pemujaan dewa Indra.

Dengan mempraktikkan Perang Pandan sebagai wujud menghormati Dewa Indra yaitu "Dewa Pejuang"

Tradisi ini dapat kita temui di desa adat tertua di Bali yaitu desa Tenganan di Kabupaten Karangasem.

BACA JUGA:Rezeki Ibu-ibu Beli Sembako, BLT Rp400 Ribu Cair Oktober, Cek KKS Anda

BACA JUGA:BLT Kemensos Rp3.000.000 Bakal Cair Oktober Ini, Cek Nama Penerimanya Disini!

Ritual pertarungan ini dilakukan di depan balai pertemuan desa Tenganan.
Masyarakat Bali sering menyebutnya Mageret Pandan atau Makare-kare.

Pertarungan ini merupakan bagian dari banyak festival keagamaan besar di Tenganan, yang dilaksanakan pada saat upacara Usabha Sambha yang berlangsung selama sebulan di Bali.

Acara ini dirayakan pada bulan kelima kalender Bali, dan setiap pertarungan berlangsung sekitar satu menit, dengan peserta bergiliran selama tiga jam.

Ritual pertarungan dilakukan dengan menggunakan senjata berupa daun pandan berduri dan perisai bundar dari rotan.

BACA JUGA:Inilah 3 Calon Kuat Striker Naturalisasi Timnas Indonesia Versi Pengamat, Skuad Garuda Dijamin Moncer

BACA JUGA:Shin Tae-yong Tetapkan Syarat Khusus Untuk Calon Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia, Apa Itu?

Para peserta yang semuanya laki-laki beradu dengan menggosokkan duri pandan ke tubuh lawan.

Teknik yang digunakan adalah pukulan mengayun, namun para peserta cenderung saling mencakar ketika bertanding.

Saat bertanding, peserta tidak mengenakan baju, hanya mengenakan sarung (kamen) dan hiasan kepala adat (udeng).

Menurut tradisi, Perang Pandan adalah wajib bagi laki-laki Tenganan, dan bagi kaum muda, ini berfungsi sebagai ritus peralihan.

BACA JUGA:Kuliner Legendaris Khas Palembang Ini Punya Sejarah Unik, Hasil Alkulturasi Budaya Palembang-Tionghoa?

BACA JUGA:Dinobatkan jadi Warisan Budaya Tak Benda, Mendoan Khas Purwokerto Populer ke Pelosok Negeri

Meski peserta kadang mengalami pendarahan atau luka akibat daun pandan yang berduri.

Namun mereka tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan atau kemarahan terhadap lawannya setelah ritual selesai.

Tradisi Perang Pandan sudah ada sejak zaman nenek moyang Bali dan tetap eksis hingga saat ini.

Menurut cerita rakyatnya dahulu daerah Tenganan diperintah oleh seorang raja kejam, bernama Maya Denawa yang menganggap dirinya sebagai dewa, dan melarang perempuan saat upacara adat.

BACA JUGA:Indah dan Mahal! Inilah 5 Tanaman Langka di Indonesia Bahkan di Dunia, Penasaran?

BACA JUGA:4 Jenis Mawar Cantik yang Bisa Jadi Koleksi Tanaman Hias Kamu di Rumah, Nomor 2 Paling Indah

Hal ini membuat para dewa sangat marah sehingga Dewa Indra memilih melawan dan mengalahkan Maya Denawa.

Oleh karena itu, pertarungan hebat ini diperingati melalui ritual Perang Pandan, yang merupakan ritual massal kedewasaan dan semata-mata dipersembahkan kepada dewa langit Hindu, yaitu Dewa Indra.*


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: