Dua Koleksi Benda Bernilai Sejarah di Museum Subkoss yang Paling Ditakuti Penjajah Belanda, Apa Saja sih?
Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya di Kota Lubuklinggau--
Maka semua tempat itu harus dihujani dengan bom dari pesawat agar tidak akan terjebak oleh Landmine ini.
Landmine tidak semuanya meledak karena diledakkan sendiri, sebab pasukan Belanda bergerak dengan kekuatan besar melalui jalan darat dengan kendaraan dan persenjataan yang lengkap.
BACA JUGA:Deretan Kota Paling Aman di Indonesia, Ternyata Bukan Palembang Juaranya
Sementara itu, pesawat Udara melaju ke depan mendahului, lalu berputar balik, berkeliling sambil memuntahkan peluru Mortir dan bom-bom yang tak henti-hentinya.
Ketika tentara Belanda sebelum melewati jembatan Batu Bandung (sebelum masuk simpang Muara Kati), tiba-tiba jembatan itu meledak karena Landmijn terkena sasaran peluru mortir pesawat.
Lalu jembatan pun hancur, dan pasukan Belanda harus bekerja keras untuk membuat jembatan itu dapat dilalui oleh kendaraan darat.
2. Meriam Kecepak
BACA JUGA:LRT Bawah Tanah di Bali, Telan Investasi Rp9,10 Triliun, 3 Tahun Bakal Selesai
Meriam Kecepek menjadi salah satu koleksi bentuk senjata yang dimiliki Meseum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya dengan nomor inventaris 05.03.
Senjata ini digunakan semasa perang kemerdekaan sekitar tahun 1945-1949 di daerah bengkulu Selatan.
Pembuatan Meriam Kecepek didasari adanya nama senapan lantak atau senapan kecepek yang lebih dulu dikenal masyarakat Indonesia, yang digunakan untuk berberu hewan liar di hutan, seperti harimau, rusa, beruang, babi hutan dan lain-lain.
Meriam Kecepek memiliki laras yang terbuat dari potongan tiang listrik atau tiang telepone yang dirobohkan dan diambil pada bagian ujungnya sekitar 1,5 meter, sedangkan mesiunya dibuat dari kotoran kambing, lalu diramu dengan belerang dan peluru tajamnya dibuat dari potongan mur, baut, paku, timah dan lain-lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: